20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Boe Kie segera mengudak. Dengan cepat ia melewati sang paman dan lalu menghalang di<br />

depannya. “Tio Soe peh,” katanya sambil membungkuk. “Siesoepeh ingin bicara. Sebab<br />

ditipu, Song Toako telah membuat kekeliruan. Di hari kemudian, ia pasti akan mendusin. Jika<br />

Toasoepeh mau menghukum, tak perlu tergesa2.”<br />

“Cit tee!... Cit-tee…!” kata Song Wan Kiauw dengan suara di tenggorokan. “Kakakmu benar2<br />

berdosa besar…” Sekonyong-konyong ia mengangkat pedangnya dan coba menggorok leher.<br />

Boe Kie terkesiap dan secepat kilat tangannya menyambar. Sungguh mujur dia keburu<br />

merampas senjata itu dengan menggunakan ilmu Kian koen Tay lo ie. Tapi biarpun tak<br />

sampai membinasakan, ujung pedang menggores juga leher Song Tay hiap.<br />

Ketika itu Jie Lian bertiga sudah menyusul. “Toako,” kata Thio Siong Kee dengan suara<br />

membujuk. “Ceng Soe telah melakukan perbuatan sangat terkutuk itu dan semua orang Boe<br />

tong pasti takkan dapat mengampuninya. Tapi, membersihkan rumah tangga sendiri urusan<br />

kecil, sedang urusan yang besar adalah keselamatan rakyat. Tak boleh, karena memperhatikan<br />

yang kecil, kita menyia nyiakan yang besar.”<br />

“Membersihkan rumah tangga sendiri urusan kecil?” Menegas Song Wan Kiauw dengan mata<br />

melotot. “Huh!... sungguh sial aku mempunyai anak penghianat itu!....”<br />

Didengar dari omongan Tan Yoe Liang, Kay pang ingin meminjam tangan Ceng Soe untuk<br />

mencelakai guru kita,” kata pula Thio Siong Kee dengan sabar. “Di samping itu, Kay pang<br />

berusaha untuk menekan atau mempengaruhi berbagai partai Rimba Persilatan guna<br />

merampas negeri. Bagi kita, Soecoen (guru yang mulia) merupakan urusan besar.<br />

Keselamatan Rima Persilatan dan rakyat di kolong langit juga merupakan urusan besar. Ceng<br />

Soe yang durhaka pasti akan mendapat pembalasan. Kewajiban kita yang sekarang ini adalah<br />

berdamai untuk menolong urusan besar.”<br />

Song Wan Kiauw membungkam. Ia tak dapat membantah perkataan adiknya. Akhirnya ia<br />

memasukkan pedangnya ke dalam sarung dan berkata dengan suara perlahan. “Pikiranku<br />

kusut, otakku tak bisa memikir lagi. Biarlah Sietee yang memikirkan tindakan kita.”<br />

Sesudah kegusaran kakaknya agak mereda, In Lee Heng lalu mengeluarkan obat dan<br />

membalut luka Song Wan Kiauw.<br />

“Menurut pendapatku,” kata pula Thio Siong Kee,” karena Kay pang ingin mencelakai<br />

Soecoen dan guru kita tidak tahu menahu, maka tindakan yang harus segera diambil adalah<br />

pulang ke Boe Tong secepat mungkin. Meskipun Tan Yoe Liang mengatakan bahwa ia ingin<br />

meminjam tangan Ceng Soe, manusia jahat itu mungkin akan turun tangan terlebih siang.<br />

Yang terpenting bagi kita ialah melindungi soecoan. Soecoan sudah berusia tinggi, kalau<br />

kejadian dahulu sampai terulang, kalau sampai ada musuh lagi yang sampai membokong<br />

dengan menyamar sebagai pendeta Siauw lim, kita tak akan bisa menebus kedosaan kita.”<br />

Sehabis berkata begitu, ia mengawasi Tio Beng dengan mata mendelik. Ia rupa rupanya masih<br />

mendongkol karena si nona pernah berusaha untuk membinasakan Thio Sam Hong.<br />

Song Wan Kiauw mengeluarkan keringat dingin. “Benar…! Benar…!” katanya dengan<br />

gemetar. “Sebab ingin <strong>membunuh</strong> anak jahanam itu, aku sampai melupakan keselamatan<br />

Soecoan. Hai!... otakku sudah miring!”<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1186

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!