20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

seumur hidup ia bercacat, maka seumur hidup aku akan mendampinginya, melayaninya dan<br />

coba menghiburnya.<br />

Boe Kie menghela napas dan sambil mengawasi si nona dengan alis berkerut, ia berkata, tapi<br />

kau..<br />

Janjiku tak diberikan kepadanya secara tergesa-gesa, memutus Poet Hwi. Di sepanjang jalan,<br />

aku merenungkan soal itu masak-masak. Bukan saja itu tidak berpisahan denganku, akupun<br />

tak bisa berpisahan dengannya. Kalau lukanya tak sembuh, aku tidak bisa hidup lebih lama di<br />

dalam dunia. Saban kali aku mendampinginya, ia selalu mengawasiku dengan sorot mata<br />

yang tak dapat dilukiskan pada saat itu. Boe Kie, dahulu, waktu masih kecil, aku selalu<br />

memberikan rahasia hatiku kepadamu. Kuingat karena tak punya uang untuk beli kembang<br />

gula, di tengah malam buta, aku mencuri sebuah tong jin (kembang gula yang berbentuk<br />

manusia) dan memberikannya kepadaku. Apa kau masih ingat?<br />

Disebutkannya kejadian yang lampau itu mengharukan sangat hatinya Boe Kie. Di depan<br />

matanya lantas saja terbayang pengalaman-pengalaman pada waktu ia bersama Poet Hwi,<br />

dengan bergandengan tangan, merantau ke wilayah barat. Aku ingat, jawabnya sambil<br />

menundukkan kepala.<br />

Seraya memegang tangan kakaknya, si nona berkata pula: tapi aku tidak tega untuk makan<br />

gula itu yang akhirnya melumer karena hawa panas matahari. Aku sangat berduka dan<br />

menangis terus. Kau coba membujuk aku dan mengatakan, bahwa kau akan memberikan<br />

sebuah lagi. Tapi biar bagaimanapun jua, kau takkan mendapatkan tong jin yang sama seperti<br />

itu. Belakangan kau membeli tong jin yang lebih besar dan lebih bagus, tapi sebaliknya dari<br />

girang, aku menangis lagi. Waktu itu kau sangat jengkel dan mencaci aku yang dikatakan<br />

tidak dengar kata. Apa kau masih ingat?<br />

Boe Kie tersenyum. Apa aku maki kau? katanya. Aku sudah lupa.<br />

adatku sangat kukuh, kata pula si nona. In Liok Siok adalah tong jin pertama yang disukai<br />

olehku. Aku menolak lain kembang gula. Boe Kie koko, sering-sering di tengah malam yang<br />

sunyi kuingat segala kebaikanmu. Beberapa kali kau sudah menolong jiwaku. Menurut<br />

pantas, aku harus mengabdi kepadamu seumur hidup. Akan tetapi, aku hanya bisa<br />

menganggap kau sebagai saudara kandung.<br />

Jilid 50______________<br />

Di dalam hati, aku menyintai dan menghormati kau sebagai seorang kakak. Tapi terhadap dia,<br />

aku mempunyai rasa kasihan dan rasa cinta yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.<br />

Usianya banyak lebih tua dan tingkatannya pun lebih tinggi daripada aku. Di samping itu,<br />

ayah adalah seorang musuh besarnya Kutahu bahwa dalam hal ini kau menghadapi<br />

kesukaran-kesukaran besar. Tapi.. tanpa memperdulikan apapun jua, aku membuka isi hatiku<br />

kepadamu. Sehabis berkata begitu, tiba-tiba ia berbangkit dan kabur secepatnya.<br />

Boe Kie berdiri bagaikan patung dan dengan hati berduka ia mengawasi si bayangan Poet<br />

Hwi yang lalu menghilang di lembah gunung. Lama ia berdiri di situ dengan air mata<br />

mengalir di kedua pipinya. Sesudah kenyang menangis, barulah ia menyusul kawankawannya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 913

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!