20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

orang tua itu. Maka ia lantas saja berkata ayah dan ibunya sudah meninggal dunia karena di<br />

Tionggoan sukar mencari makan, maka aku terlunta-lunta sampai di sini.<br />

Mengapa kau menyembunyikan kera yang telah kupanah? Tanya pula nona Coe. Apa kau<br />

kelaparan? Mau makan daging kera, bukan? Hmm Hampir-hampir kau dirobek oleh anjinganjingku.<br />

Muka si bocah lantas saja berubah merah. Sambil menggeleng-gelengkan kepala ia berkata.<br />

Bukan, aku bukan mau makan daging kera.<br />

Kioe Tin menepuk pundak Boe Kie dan berkata seraya tersenyum. Lebih baik kau jangan<br />

berdusta. Ia berdiam sejenak dan berkata pula. Ilmu silat apa yang pernah kau pelajari?<br />

Dengan sekali memukul kau telah meremukkan batok kepalan Co Ciangkoen. Te<strong>naga</strong>mu<br />

boleh juga. (Ciangkoen - Jenderal)<br />

Co Ciangkoen? Boe Kie menegas dengan heran.<br />

Si nona tak menjawab, ia hanya tersenyum. Tiba-Tiba ia membentak, Cian Ciangkoen!<br />

Seekor anjing lantas saja keluar dari barisannya lalu mendekam di tengah ruanga.<br />

Ki-Ki Ciangkoen! si nona membentak pula dan hampir berbareng, seekor anjing lain keluar<br />

dari barisan. Ternyata setiap anjing diberi nama Jenderal dan Coe Kioe Tin sendiri berlaku<br />

sebagai panglima besar.<br />

Karena bingung, mungkin sekali aku sudah mengeluarkan te<strong>naga</strong> habis-habisan, jawab Boe<br />

Kie. diwaktu kecil, dua tiga tahun aku belajar sejurus dua jurus Dari mendiang ayahku. Tak<br />

dapat dikatakan, bahwa aku tahu ilmu silat.<br />

Kioe Tin mengangguk-anggukkan kepalanya. Sesaat kemudian, ia menengok kea rah Siauw<br />

Hong dan berkata Antar dia ke kamar mandi dan berikan pakaian baru.<br />

Baik, jawabnya sambil tertawa kecil.<br />

Boe Kie merasa berat untuk meninggalkan ruangan itu. Waktu tiba di ambang pintu, tanpa<br />

sadar ia merasa menengok ke belakang dan melirik Kioe Tin. Apa mau, pada detik itu, si nona<br />

pun sedang mengawasi dia, sehingga tanpa tercegah lagi, dua pasang mata segera beradu. Si<br />

nona tertawa dan rasa jengahnya Boe Kie tak dapat dilukiskan lagi. Semangatnya terbang,<br />

kakinya tersandung balok yang melintang di tengah pintu dan roboh terguling. Karena<br />

lukanya belum sembuh, bukan main sakitnya. Tapi, tanpa mengeluarkan suara, buru-buru ia<br />

bangun dan berdiri, Siauw Hong tertawa geli. Hm, siapapun yang melihat Siocia, dia pasti<br />

roboh, katanya. Tapi, kaukecil-kecil matamu sudah seperti mata culik.<br />

Boe Kie jadi makin malu. Ia berjalan secepat mungkin. Sesudah berjalan beberapa lama,<br />

sekonyong-konyong Siauw Hong berkata.<br />

Eh, mau kemana kau? Apakah kau mau pergi ke kamar Tai Tai?<br />

Si bocah menghentikan tindakannya. Di sebelah depan ia melihat sebuah kamar dengan tirai<br />

jendela sulam. Sekarang ia mengerti, bahwa karena bingung dan terburu-buru, ia sudah<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 539

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!