20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

manggut-manggutkan kepalanya dan di dalam hati ia mengakui, bahwa majikan taman itu<br />

benar-benar bukan sembarangan orang.<br />

Di tengah-tengah Soei kok (semacam pendopo yang dikitari air) sudah dipasang dua meja<br />

perjamuan. Tio Beng segera mengundang Boe Kie dan para pemimpin Beng kauw berduduk<br />

di kursi kedua meja itu, sedang Sin cian Pat hiong Tio It Siang, Cian Jie pay dan enam<br />

kawannya menemani para anggota Beng kauw di ruangan samping. In Lie Heng sendiri yang<br />

belum bisa bergerak disuapi dan dilayani oleh Poet Hwie dalam sebuah kamar.<br />

Sesudah meneguk kering secawan arak, Tio Beng berkata, Inilah Lie tin coe dari Siauw lin<br />

yang tuanya sudah delapan belas tahun. Minumlah!<br />

Yo Siauw, Wie It Siauw, In Thian Ceng dan yang lain-lain percaya, bahwa nona Tio adalah<br />

seorang pendekar wanita. Tapi mereka tetap berhati-hati. Mereka memperhatikan poci dan<br />

cawan arak yang bebas dari tanda-tanda mencurigakan. Sesudah Tio Siocia menceguk<br />

araknya, barulah semua kesangsian hilang dan mereka lalu mulai makan minum dengan<br />

gembira.<br />

Dahulu, anggota Beng kauw dilarang meminum arak atau makan makanan berjiwa. Tapi<br />

sedari jaman Cio Kauw coe, peraturan itu dirubah dan larangan dicabut. Sesudah pusat Beng<br />

kauw dipindahkan ke gunung Koen loen san, daging dan minyak jadi lebih perlu lagi untuk<br />

menahan hawa yang dingin.<br />

Di empang seputar Soei kok terdapat tujuh-delapan pohon bunga yang menyerupai Coei-sian,<br />

tapi banyak lebih besar dari Coei-sian dan kembangnya yang berwarna putih menyiarkan bau<br />

yang sangat harum.<br />

Nona Tio pandai bergaul dan ia beromong-omong secara bebas. Ia menceritakan banyak<br />

kejadian dalam Rimba Persilatan di wilayah Tionggoan, beberapa di antaranya bahkan tidak<br />

diketahui oleh orang-orang yang berpengalaman seperti In Thian Ceng dan puteranya.<br />

Tentang Siauw lim, Go-bie dan Koen-loen tidak banyak dibicarakan olehnya, tapi terhadap<br />

Tio Sam Hong dan Boe-tong Cit-hiap, ia mengutarakan rasa kagumnya. Setiap pujian yang<br />

diberikan bukan umpakan kosong, tapi pujian tepat yang berdasarkan kenyataan.<br />

Boe Kie dan yang lain-lain merasa senang sekali dan takluk akan pengetahuan si nona yang<br />

sangat luas. Tapi kalau mereka balas menanyakan siapa gurunya, Tio Beng hanya tertawa. Ia<br />

tidak menjawab atau memutar pokok pembicaraan ke jurusan lain.<br />

Dengan beruntun nona Tio sudah mengeringkan beberapa cawan. Setiap piring sayur yang<br />

disuguhkan, ia selalu memakannya terlebih dahulu, sehingga hilanglah segala kecurigaan<br />

yang masih terdapat dalam hati para pemimpin Beng kauw. Karena pengaruh arak, kedua pipi<br />

si nona bersemu dadu, sehingga ia kelihatannya lebih cantik lagi dan dalam kecantikannya<br />

terdapat hawa keangkeran dan kegagahan yang membangkitkan rasa hormat dalam hati semua<br />

orang.<br />

Tio Kouw-nio, kami merasa sangat berterima kasih untuk penyambutanmu yang ramah tamah<br />

ini, kata Boe Kie. Aku yang rendah sebenarnya ingin mengajukan sebuah pertanyaan, tapi aku<br />

tidak berani membuka mulut.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 847

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!