20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

"Soeka, jangan kau menggoyang lidah sembarangan," kata Wie Soe Nio cepat-cepat dengan<br />

rasa mendongkol. "Semenjak dulu, Boe tong dan Koen loan mempunyai hubungan yang<br />

sangat erat. Dalam sepuluh tahun, dengan bahu membahu kita bersama sama melawan musuh.<br />

Jie Jiehiap alalah seorang jujur yang sangat dihormati dalam kalangan Kang-ouw, sehingga<br />

tidak mungkin ia mengeloni pihak yang salah."<br />

See hoa coe mengeluarkan suara dari hidung, "Belum tentu," katanya<br />

Bukan main rasa mendongkolnya Wie Soe Nio yaag diam diam mencaci kakak yang tolol itu:<br />

"Soeko!" bentaknya. "Jika tanpa sebab kau cari cari urusan dengan Boe tong Ngohiap dan kau<br />

di gusari oleh Ciangboen soesiok, aku tak akan campur campur lagi urusanmu."<br />

Mendengar ancaman itu, barulah See hoa coe menutup mulut.<br />

"Urusan ini telah menyeret berbagai partai dan golongan dalam Rimba Persilatan," kata Jie<br />

lian Coe. "Aku seorang bodoh maka tidak berani mengambil keputusan sendiri. Apa pula,<br />

karena sudah berlarut larut selama sepuluh tahun, persoalan ini tentu sukar dibereskan dalam<br />

tempo pendek. Aku telah mengambil keputusan untuk pulang ke Boe tong bersama-sama Thio<br />

Soe tee guna memberi laporan kepada Insoe dan Toa soeheng dan meminta petunjuk Insoe."<br />

See hoa coe tertawa dingin, "Sungguh lihay pukulan Jie hong Soo pit Jie Jiehiap." ejeknya.<br />

"Jie-hong Soe-pit," (Seperti tutupan seperti kurungan) adalah serupa pukulan Boe-tong-pay<br />

untuk membela diri yang sangat terkenal dalam Rimba Persilatan. Dengan berkata begitu See<br />

hoa coe bukan saja mengejek Jie Lian Cioe pribadi tapi juga menghina pukulan Boe tong pay<br />

itu yang digubah oleh Thio Sam Hong sendiri. Biarpun sabar, darah Jie Lian Cioe meluap<br />

juga. Syukur sebelum mengumbar napsu, ia keburu ingat segala akibatnya, sehingga, sambil<br />

menarik napas, ia menindih hawa amarahnya dan hanya menyapu muka See hoa coe dengan<br />

sinar mata berkilat-kilat. "Jika See hoa Toheng mempunyai pendapat lain, aku bersedia untuk<br />

mendengamya." katanya dengan suara dingin.<br />

Setelah disapu dengan sorot mata gusar, See hoa coe jadi keder. "Soemoy," katanya,<br />

"bagaimana pendapatmu? Apakah sakit hati Ko Cek Seng dan Chio Tauw boleh disudahi<br />

dengan begitu saja ?"<br />

Sebelum Wie Soe Nio menjawab, disebelah selatan sekonyong-konyong terdengar suara<br />

terompet dan sesaat kemudian seorang murid Koen Loen masuk seraya berkata: "Kawankawan<br />

dari Khong tong pay dan Go bie pay sudah tiba untuk menyambut kita."<br />

Lie Thian Hoan dan dua kawannya saling melirik. Paras muka mereka agak berubah.<br />

Dilain pihak, See hoa coe dan Wie Soe Nio jadi girang. "Jie Jiehiap." kata San tian Nionio,<br />

"kurasa kita sebaiknya minta pendapat pihak Khong tong dan Gobie."<br />

"Baiklah," jawab Lian Cioe.<br />

Kedatangan orang orang Khong tong dan Go bie menambah kejengkelan Coei San. Partai Go<br />

bie masih tidak apa, tapi Khong tong pay mempunyai permusuhan yang sangat hebat dengan<br />

kakaknya, yang sudah melukakan Khong tong Ngoloo dan merampas kitab Cit siang koen. Ia<br />

merasa pasti, bahwa orang-orang Khong tong tak akan mau mengerti jika ia tidak<br />

memberitahukan di mana adanya Cia Soen.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 272

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!