20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Semenjak kecil, mereka berdua bersama-sama belajar silat, sehingga yang satu sudah bisa<br />

rnembaca isi hati yang lain. Melihat sikap dan mendengar pertanyaan si adik, Lian Cioe sudah<br />

mengerti maksudnya. Ia mengerti, bahwa Coei San kuatir penjahat itu akan rnenyateroni dan<br />

coba menaklukkan So So dengan menyiksa Boe Kie. "Baiklah, kita meneruskan perjalanan<br />

malam ini juga."<br />

Sesudah membayar uang sewa kamar dan santapan, mereka segera berangkat dan berjalan<br />

dengan mengambil jalanan kecil. Mereka bukan takut mati. Yang dikuatirkan yalah penjahat<br />

itu akan menyiksa Boe Kie didepan mata mereka, untuk memaksa mereka membuka rahasia.<br />

Mereka meneruskan perjalanan tanpa bertemu dengan rintangan lagi. Tapi So So jatuh sakit<br />

karena duka, Coei San segera menyewa dua kereta keledai untuk So So dan Lian Cioe, sedang<br />

ia sendiri melindungi dengan menunggang kuda.<br />

Sesudah melewati Siangyang, pada suatu malam mereka menginap disebuah rumah<br />

penginapan dikota Tay-pang-liam. Baru saja Coei San mengucapkan selamat malam kepada<br />

Soehengnya dan ingin kembali kekamarnya, tiba-tiba seorang lelaki menyingkap tira daa<br />

menyelonong masuk.<br />

Dia mengenakan baju hijau dan celana pendek, sedang tangannya menyekal cambuk,<br />

sehingga macamnya seperti seorang kusir kereta. Begitu masuk, dia mengawasi Lian Cioe dan<br />

Coei San dengan mata melotot dan sesudah tertawa dingin, lalu memutar badan berjalan<br />

keluar.<br />

Coei San tahu, bahwa orang itu mengandung maksud tidak baik. Sikap orang itu yang kurang<br />

ajar menggusarkan sangat hatinya. Sesaat itu,<br />

tirai kain yang didorong oleh orang itu, terayun kedepan Coei San. Ia segera menangkap<br />

ujung tirai dan sambil mengerahkan Lweekang, menimpuknya kepunggung orang itu. "Ptak !"<br />

dia terhuyung, akan kemudian roboh dilantai. Cepat-cepat dia bangun berdiri, "Penjahatpenjahat<br />

Boe-tong pay !" bentaknya, "Sedang kebinasaan sudah berada diatas kepalamu, kau<br />

masih mengunjuk keganasan !" Mulutnya mencaci, tapi kakinya lari dan dari tindakannya<br />

yang limbung, ia bukan terluka enteng.<br />

Lian Cioe tidak mengatakan suatu apa.<br />

"Jieko, apa tidak baik kita jalan terus?" tanya Coei San.<br />

"Tidak!" jawab sang kakak deagan suara lantang. "Besok pagi baru kita terangkat."<br />

Coei San mengerti jalan pikiran kakak seperguruannya dan semangatnya lantas saja meluap<br />

luap "Benar!" katanya. "Dari tempat ini, dua hari lagi kita akan tiba digunung kita. Biarpun<br />

kita tolol, tak dapat kita merosotkan derajat dan keangkeran Boe tong pay. Di bawah kaki Boe<br />

tong san, masa boleh kita lari ngiprit?"<br />

Sang kakak bersenyum. "Sesudah orang tahu siapa kita, biarlah mereka tahu, bagaimana<br />

murid murid Boe tong menghadapi kebinasaan yang sudah berada diatas kepala," katanya<br />

dengan suara angkuh.<br />

Lian Cioe lantas saja mengikut kekamar Coei San dimana mereka duduk bersila diatas<br />

pembaringan batu dengan berendeng pundak sambil memeramkan mata dan menjalankan<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 307

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!