20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Kauwcoe Mo-kauw telah mengacau di sini dan pengacau itu ada sangkut pautnya dengan<br />

Cioe Kauwnio. Sesudah menolong, aku bisa mengatakan bahwa kedua orang itu ditolong oleh<br />

si Kauwcoe Mo-kauw. Koen-coe pasti takkan curiga dan tak akan menyalahkanku sebab<br />

Kauwcoe memang mempunyai kepandaian yang sangat tinggi. Sesudah mengambil<br />

keputusan, ia segera pergi ke kamar tahanan Biat Coat Soethay.<br />

Semua murid wanita Goe bie-pay ditahan di lantai empat sedang Biat Coat sendiri mengingat<br />

kedudukannya sebagai seorang ciang boen jin, ditahan sendirian di dalam sebuah kamar.<br />

Lok Thung Kek memerintahkan penjaga membuka pintu dan ia lantas masuk ke dalam.<br />

Pendeta wanita itu ternyata sedang bersemedi seraya memejamkan matanya. Biat Coat<br />

Soethay, apa kau baik? tegur si kakek.<br />

Perlahan-lahan Biat Coat membuka kedua matanya. Baik apa? katanya dengan suara dongkol.<br />

Kau sangat keras kepala, kata Lok Thung Kek. Coe jin mengatakan bahwa tak guna kau diberi<br />

hidup lebih lama lagi dan ia sudah memerintahkan aku untuk mengirim kau ke dunia baka.<br />

Baiklah, kata si nenek dengan suara tawar. Tapi tak perlu tuan turun tangan sendiri. Aku<br />

hanya ingin meminjam sebatang pedang pendek. Di samping itu, sebagai keinginanku terakhir<br />

kuminta tuan sudi memanggil muridku Cioe Cie Jiak. Aku ingin bicara dengannya.<br />

Lok Thung Kek mengiyakan. Ia keluar dan memerintahkan seorang penjaga untuk membawa<br />

nona Cioe. Cinta ibu dan anak memang tak sama dengan cinta lain, pikirnya.<br />

Beberapa saat kemudian, Cie Jiak sudah datang. Lok Sianseng, kata Biat Coat. Kumohon kau<br />

keluar dulu. Pembicaraan kami tidak memakan waktu yang lama.<br />

Sesudah si kakek berlalu, Cie Jiak merapatkan pintu lalu menubruk gurunya. Ia menangis<br />

sesegukan. Biarpun Biat Coat berhati besi tapi pada saat itu, pada detik-detik perpisahan<br />

untuk selama-lamanya hatinya seperti disayat sembilu. Ia mengusap-usap rambut muridnya.<br />

Nona Cioe tahu bahwa gurunya takkan bicara panjang-panjang. Maka itu, lebih dulu ia<br />

menceritakan bagaimana caranya ia sudah ditolong Boe Kie dan kedua kawannya.<br />

Alis si nenek berkerut. Selang beberapa saat ia berkata, Mengapa ia hanya menolong kau,<br />

tidak menolong yang lain?<br />

Muka si nona berubah merah, Entahlah, jawabnya.<br />

Hmm! Bocah itu terlalu jahat, kata sang guru dengan suara gusar. Dia kepala siluman dari<br />

kawanan siluman Mo-kauw. Tak mungkin dia mempunyai hati yang baik. Dia memasang<br />

jaring untuk menjaring kau.<br />

Dia memasang jaring apa? tanya si nona dengan suara heran.<br />

Kita adalah musuh kawanan Mo-kauw, terang sang guru. Dengan Ie thian kiam aku telah<br />

<strong>membunuh</strong> banyak sekali siluman. Mereka sangat membenci Go bie-pay. Mana bisa jadi<br />

mereka benar-benar mau menolong? Siluman she Thio itu jatuh hati kepadamu, diam-diam<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 983

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!