20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

ahasia. Boh Cit hiap mahir menggunakan piauw, panah tangan, paku, jarum, batu, Hoei hong<br />

sek dan lain-lain. Maka itu, ia menduga, bahwa orang yang telah menimpuk mata ketiga<br />

pendeta itu adalah adiknya yang paling kecil<br />

Tapi sesudah memanggil beberapa kali, ia tak mendapat jawaban, ia melompat masuk<br />

kegerombolan pohon-pohon dipinggir telaga, tapi disitu pun ia tak lihat bayangan manusia.<br />

Dilain pihak, sesudah seluruh matanya terluka, Goan giap jadi kalap dan sambil berteriakteriak<br />

ia melompat untuk mengubar lagi. Tapi Goan im buru-buru menarik tangan Soeteenya.<br />

ia mengerti, bahwa meskipun belum terluka, mereka bertiga belum tentu dapat melawan<br />

musuh. Sekarang, sesudah terluka, apapula luka itu dirasakan gatal seperti kena senjata<br />

beracun keadaan mereka jadi lebih jelek lagi dan tak usah harap bisa memperoleh<br />

kemenangan. "Giap Soetee, " katanya dengan suara menghibur. "Dalam usaha membalas sakit<br />

hati, orang tak perlu terlalu bernapsu. Dalam urusan ini, andai kata kita bertiga mau<br />

menyudahi saja, Hong thio dan kedua Soepeh sudah pasti tak akan tinggal diam."<br />

Sementara itu, sesudah ternyata pengubaran atas dirinya dihentikan, Coei San mulai memikiri<br />

kejadian barusan dengan rasa heran yang sangat besar. "Aku suka mengunggulkan ilmu<br />

mengentengkan badanku, tapi kepandaian orang itu kelihatannya banyak lebih tinggi dari<br />

padaku. Tapi siapa dia!"<br />

Ia tak berani berdiam lama-lama lagi dipinggir telaga dan lantas berjalan pulang kerumah<br />

penginapan. Tapi baru saja berjalan puluhan tombak, sekonyong-konyong ia lihat bergoyanggoyangnya<br />

rumput tinggi ditepi telaga. Ia tahu bahwa disitu bersembunyi orang dan dengan<br />

hati-hati ia mendekati. Baru saja ia ingin menegur, dari antara rumput-rumput melompat<br />

keluar seorang yang terus membacok kepalanya dengan golok sambil membentak: "Kalau<br />

bukan aku, kau yang mampus!"<br />

Dengan cepat Coei San mengegos dan mengirim tendangan yang mengenakan jitu<br />

pergelangan tangan kanan orang itu sehingga goloknya terbang dan jatuh diatas air. Orang itu<br />

yang gundul kepalanya dan mengenakan jubah pertapaan. Lagi-lagi seorang pendeta Siauw<br />

lim sie "Bikin apa kau di sini?" bentak Coei San.<br />

Tiba-tiba ia lihat 3 sosok tubub yang menggeletak tanpa bergerak, entah sesudah mati, entah<br />

terluka berat didalam rumput-rumputan tinggi. Tanpa menghiraukan lawannya ia segera<br />

mendekati dan membungkuk. Begitu lihat, ia terkesiap karena ketiga orang itu bukan lain<br />

daripada pemimpin-pemimpin Liong boen Piauw kiok, yaitu Touw Tay Kim, Ciok dan Soe<br />

Piauw tauw. "Touw Cong piauw tauw!" serunya. "Kau !.... kau ..... " Perkataannya diputuskan<br />

oleh melompatnya Touw Tay Kim yang seperti orang edan lalu menyengkeram bajunya<br />

didada dan mencaci:"Bangsat ! Aku hanya simpan tiga ratus tahil perak, tapi kau sudah lantas<br />

berlaku begitu kejam."<br />

"Ada apa?" tanya Coei San. Baru saja ia ingin memberontak, mendadak ia melihat darah di<br />

ujung mata dan mulut Cong Piauw tauw itu. Ia kaget bukan main. "Kau mendapat luka<br />

dalam?" tanyanya.<br />

Touw Tay Kim menengok ke pendeta itu dan berkata dengan suara parau: "Soetee, kenalilah<br />

Orang ini Gin Kauw Tiat hoa Thio Coei San. Dia.... dialah pembunuhnya. Lekas kau pergi ! . .<br />

lekas ! jangan kena dicandak olehnya . .".<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1<strong>29</strong>

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!