20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pertanyaan itu menyadarkan Boe Kie. “Benar,” ia menyambungi. “Seng Koen adalah<br />

gurunya.” Ia lalu memberi tahu, bahwa dengan menggunakan nama Goan tin, Seng Koen<br />

masuk ke Siauw lim sie dan berguru kepada pendeta suci Kong kian. Selanjutnya ia<br />

menceritakan cara bagaimana di waktu kecil ia pernah dicelakakan oleh Goan tin di dalam<br />

kuil Siauw lim sie, cara bagaimana Goan tin turut menyerang Kong beng teng dan akhirnya<br />

binasa dalam tangan pamannya, In Ya Ong. Ia menambahkan, bahwa memang benar mayat<br />

Goan tin sekonyong konyong hilang.<br />

“Kalau begitu, kita boleh tak usah bersangsi lagi, bahwa di waktu itu Seng Koen pura pura<br />

mati dan kemudian kabur,” kata Cie hoat Tiangloo.<br />

“Tapi penjahat yang paling besar dan yang paling jadi dalangnya adalah bangsat Tan Yoe<br />

Liang,” kata Coan kang Tiangloo. “Mereka berdua, guru dan murid, mempunyai angan angan<br />

untuk merajai di kolong langit. Mereka <strong>membunuh</strong> Soe pangcoe, menyuruh buaya kecil ini<br />

menyamar sebagai Pangcoe, coba mempengaruhi Beng kauw, berusaha untuk menguasai<br />

Siauw lim, Boe tong dan Go Bie pay. Huh..huh..! Angan angan mereka benar benar tak<br />

kecil… Eeh!… mana Song Ceng Soe?”<br />

Ternyata pada waktu perhatian semua orang ditujukan kepada Pangcoe tetiron, si baju kuning<br />

dan Soe Hong Sek, diam diam Song Ceng Soe turut menghilang.<br />

Sesudah rahasia kejahatan Tan Yoe Liang terbuka, sambil menyoja si baju kuning, Coan kang<br />

Tiangloo berkata, “Kouwnio telah membuang budi yang sangat besar kepada Kay pang dan<br />

kami tak tahu cara bagaimana untuk membalasnya.”<br />

Si nona tertawa tawar. “Orang tuaku punya hubungan erat dengan Pangcoe yang dulu,”<br />

katanya. “Bantuan yang tiada artinya ini tidak berharga untuk disebut sebut. Aku hanya<br />

mengharap kalian suka merawat baik baik adik Soe ini.” Ia membungkuk dan dengan<br />

berkelebat, ia sudah berada di atas genteng.<br />

“Kouwnio tunggu dulu!” teriak Coan kang tiangloo.<br />

Hampir berbareng, empat wanita baju hitam dan empat baju putih turun melompat ke atap<br />

gedung, diiringi dengan suara khim dan seruling. Dalam sekejap suara tetabuhan itu telah<br />

terdengar sayup sayup di tempat jauh dan kemudian menghilang dari pendengaran. Dengan<br />

mulut ternganga semua orang mengawasi ke atas genteng.<br />

Sambil menuntun tangan Soe Hong Sek, Coan kang Tiangloo berkata kepada Boe Kie. “Thio<br />

Kauwcoe, mari masuk.”<br />

Ia mempersilahkan Boe Kie berjalan lebih dahulu dan tanpa sungkan2 Boe Kie segera<br />

bertindak masuk dengan melewati dua baris pengemis yang berdiri sebagai pengawal<br />

kehormatan. Setelah berduduk dengan Cie Jiak di sampingnya, Boe Kie segera berkenalan<br />

dengan para tetua Kay pang dan lalu menanyakan halnya Cia Soen.<br />

“Coan Tiangloo,” katanya. “Jika ayah angkatku, Kim mo Say ong berada di tempat kalian,<br />

kuminta bertemu.”<br />

Coan kang tiangloo menghela nafas. “Karena perbuatan bangsat Tan Yoe Liang, Kay pang<br />

mendapat malu besar terhadap segenap orang gagah,” katanya. “Memang benar, waktu berada<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1211

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!