20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Pada keesokan harinya, bersama Yo Siauw dan In thian ceng, In Ya ong, Tiat koan toojin,<br />

Cioe Tian, Siauw Ciauw dan yang lain-lain, Boe Kie mohon berpamitan dengan Thio Sam<br />

Hong dan kedua pamannya untuk berangkat ke Hwaipak. Poet Hwie tidak mengikut sebab ia<br />

masih perlu merawat In Lie Heng.<br />

Dalam perjalanan itu rombongan Boe Kie menyaksikan penderitaan rakyat yang sangat hebat.<br />

Daerah sepanjang pantai biasanya daerah yang kaya. Tapi apa yang dilihat mereka hanyalah<br />

ladang-ladang yagn kosong kering dan kelaparan yang merajalela di mana-mana. Dengan<br />

ringkas dapat dikatakan, bahwa kemiskinan rakyat sudah sampai pada puncaknya.<br />

Boe Kie dan kawan-kawannya merasa sangat berduka, tapi merekapun tahu, bahwa dengan<br />

adanya penderitaan itu kekuasaan Mongol di Tiongkok pasti tidak dapat dipertahankan dalam<br />

waktu lama. Sekarang saja, orang-orang gagah di seluruh negeri sudah mulai bangkit untuk<br />

mengusir kaum penjajah itu.<br />

Pada suatu hari mereka tiba di Kay pay kie yang terletak tak jauh dari Ouw tiap kok. Selagi<br />

enak berjalan, sekonyong2 mereka mendengar teriakan-teriakan dan belakangan ternyata<br />

bahwa teriakan itu keluar dari dua pasukan yang sedang bertempur. Boe Kie dan kawan2nya<br />

segera membedal kuda dan sesudah melewati sebuah hutan, mereka melihat kira-kira seribu<br />

serdadu Mongol sedang mengepung sebuah tangsi yang di atasnya berkibar bendera<br />

Bengkauw. Tangsi itu dipertahankan oleh anak buah yang berjumlah kecil yang perlahanlahan<br />

mereka tak dapat mempertahankan diri lagi. Tapi biarpun dihujani anak panah, mereka<br />

tetap tidak mau menyerah. Tentara Goan berteriak-teriak.<br />

Pemberontak Mo kauw! Lekas menakluk!<br />

Kalau menakluk, kalian mendapat ampun.<br />

Apa kamu mau mampus semua?<br />

Untuk beberapa saat, rombongan Boe Kie memperhatikan jalannya pertempuran.<br />

Kauwcoe, apa kita sudah boleh menerjang musuh? tanya Coe Tian.<br />

Baiklah! jawabnya. Lebih dahulu singkirkan pemimpin-pemimpin pasukan itu.<br />

Di lain saat, Yo Siauw, In Thian Ceng, In Ya Ong, Tiat koan Toojin dan Cioe Tian sudah<br />

menerjang musuh. Dua orang Peh hoe thio lantas saja roboh. Sesaat kemudian, Cian hoe thio<br />

yang memimpin pasukan dibinasakan In Ya Ong. Karena kehilangan pemimpin, tentara Goan<br />

lantas saja kalut. Dilain pihak, melihat datangnya bala bantuan, orang-orang yang membela<br />

tangsi bersorak-sorai. Pintu tangsi terbuka dan seorang pria yang bertubuh tinggi besar dan<br />

bersenjata tombak menerjang keluar. Dalam sekejap ia sudah merobohkan sejumlah serdadu<br />

Goan.<br />

Setiap kali tombak orang itu berkelebat, seorang serdadu Goan terjungkal. Melihat begitu,<br />

tentara Goan menjadi jeri. Mereka lari serabutan untuk menyingkirkan diri dari orang itu yang<br />

gagah dan angker bagaikan malaikat.<br />

Para pemimpin Beng kauw dalam rombongan Boe Kie merasa kagum dan memuji orang<br />

gagah itu. Tapi yang paling bergirang adalah Boe Kie sendiri karena ia sudah mengenali<br />

bahwa orang itu bukan lain daripada Siang Gie Coen yang selalu diingatnya siang dan malam.<br />

Hanya karena masih mesti bertempur, ia tak bisa segera menghampiri tuan penolong itu.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 928

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!