20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

sebab, seseorang pasti takkan mencelakakan kau. Apa kau tahu pasti, bahwa aku tidak ingin<br />

<strong>membunuh</strong> kau? Biarlah aku berterus terang. Karena melihat penyakitmu sangat aneh, maka<br />

aku sudah mau berusaha untuk mengobati kau. Tapi berbareng dengan itu, akupun telah<br />

mengambil keputusan, bahwa begitu lekas kau sembuh, aku akan segera mengambil jiwamu!"<br />

Boe Kie bergidik. Ia mengerti, bahwa apa yang dikatakan oleh si orang aneh tidak mudah<br />

dapat dirubah lagi. Ia menghela napas seraya berkata. "Racun dingin dalam tubuhku tak dapat<br />

diusir keluar lagi seanteronya. Tanpa kau turun tangan, aku akau mati sendiri. Hai! Manusia<br />

di dunia agaknya merasa senang jika melihat orang lain celaka atau mati. Bukankah orang<br />

yang belajar silat bertujuan untuk <strong>membunuh</strong> sesama manusia?"<br />

Ouw Ceng Goe mendongak dan dengan mata membelakak ia mengawasi langit. Sesudah<br />

lewat kian lama, ia berkata dengan suara parau: "Di waktu masih muda aku mempelajari ilmu<br />

ketabiban dengan tekad untuk menolong sesama manusia. Akan tetapi, orang-orang yang<br />

ditolong berbalik mencelakakan aku. Aku pernah menolong jiwa seorang yang mendapat<br />

tujuhbelas lubang luka bacokan. Dia sebenarnya sudah mesti mati. Tiga hari tiga malam aku<br />

tidak tidur dan dengan seantero kepandaian, aku berhasil menyembuhkannya. Belakangan aku<br />

mengangkat saudara dengannya. Tak dinyana, ia akhimya membinasakan adik perempuanku,<br />

adik kandungku. Siapa dia? Dia sekarang seorang tokoh besar yang namanya besar pula dari<br />

sebuah partai lurus bersih."<br />

Dengan rasa kasihan, Boe Kie mengawasi muka Ceng Goe yang diliputi dengan sinar<br />

kedukaan. "Kalau begitu ia mendapat gelaran Kian sie poet kioe karena ia telah mengalami<br />

kejadian hebat," katanya didalam hati. Darahnya lantas saja meluap dan ia menanya: "Siapa<br />

adanya manusia binatang itu? Mengapa kau tidak cari padanya untuk membalas sakit hati?"<br />

"Pada waktu mau meninggal dunia, "adikku telah memaksa aku bersumpah, bahwa aku tak<br />

akan coba membalas sakit hati," jawabnya, "Lebih gila lagi, ia minta aku berjanji bahwa kalau<br />

manusia itu berada dalam bahaya, aku mesti menolong. Dapat dimengerti jika aku menolak<br />

tuntutan itu. Tapi, sebelum aku meluluskan adikku tidak akan mati dengan mata meram. Hati<br />

Adikku....hatinya terlalu mulia. Akhirnya aku tak dapat tidak meluluskan permintaannya yang<br />

paling penghabisan itu." Sehabis berkata begitu air matanya berlinang-linang.<br />

Baru sekarang Boe Kie insyaf, bahwa Ouw Ceng Goe bukan manusia yang tak punya<br />

perasaan. Tak bisa salah, antara saudara angkatnya dan adik perempuannya mempunyai<br />

hubungan yang sangat erat, kalau bukan suami isteri, tentulah juga sepasang kecintaan.<br />

Tiba-tiba Ceng Goe berkata dengan suara keras "Ingatlah apa yang dikatakan olehku, tak<br />

boleh kau menyebut-nyebut lagi dihadapanku. Jika kau membocorkan pembicaraan ini kepada<br />

orang lain, aku akan membuat kau hidup tidak, matipun tidak."<br />

Boe Kie sebenarnya ingin menjawab dengan beberapa perkataan tajam, tapi ia segera<br />

mengurungkan niatnya, karena ia merasa bahwa pada hakekatnya Ouw Ceng Goe adalah<br />

seorang yang harus dikasihani. "Baiklah, aku berjanji tak akan bicara lagi mengenai hal itu."<br />

katanya.<br />

Tabib malaikat itu kemudian mengusap-ngusap rambut si bocah dan berkata sesudah<br />

menghela napas berulang-ulang: "Kasihan! Kasihan!" Sehabis berkata begitu, ia masuk<br />

keruang dalam.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 437

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!