20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

menyusul kesitu. Ternyata dalam rumah makan sudah berkumpul tujuh delapan orang,<br />

antaranya terdapat Seng cioe Ka lam Kan ciat dari Khong tong pay, Sie Kong Wan dari Hwa<br />

san pay dan lain-lain. Anggauta Goe bie pay hanya aku seorang. Aku mengenal Kan Ciat dan<br />

Sie Kong Wan dan lalu menanyakan sebab musabab dari berkumpulnya mereka dirumah<br />

makan itu. Mereka memberitahukan, bahwa mereka datang karena melihat tanda rahasia<br />

partainya, tapi seperti juga aku mereka tak tahu sebab musabab dari panggilan itu. Sehari<br />

suntuk kami menunggu tapi tak ada yang datang lagi. Pada esokan harinya, dengan beruntun<br />

datang pula beberapa orang lain, ada orang Sin koen boen, ada orang Siauw lim pay bagian<br />

selatan dan lain lain. Mereka juga mengatakan bahwa kedatangan mereka adalah karena<br />

melihat tanda rahasia. Tak satupun diantara mereka yang mendapat urusan secara langsung.<br />

Semua orang heran dan bercuriga. Apa tidak bisa jadi kami semua tengah dipermainkan oleh<br />

seorang musuh?"<br />

"Ketika itu, diloteng rumah makan berkumpul lima belas orang dari sembilan buah partai.<br />

Tanda rahasia setiap partai bukan saja berbeda satu sama lain, tapi juga sangat dirahasiakan,<br />

sehingga kalau bukan murid partai yang tersangkut, seorang luar tentu tak mengerti artinya<br />

tanda itu. Jika seseorang ingin main gila, apakah ia bisa tahu tanda rahasia dari sembilan<br />

partai? Mengingat bahwa aku membawa Poet jie dan kalau bisa, aku tak mau anak itu<br />

menghadapi bahaya dan mengingat puta bahwa panggilan itu bukan tantaran saudara<br />

seperguruanku ada yang tengah menghadapi bencana besar, maka aku segera mengambil<br />

keputusan untuk pulang saja. Tapi baru saja aku mau turun tangan, tiba-tiba ditangga loteng<br />

terdengar suara keras, seperti juga undakan tangga dipukul orang dengan menggunakan toya.<br />

Suara itu disusul denggn suara batuk-batuk dan seorang nenek yang rambutnya sudah putih<br />

semua, mendaki undakan tangga. Ia naik setindak demi setindak sambil batuk-batuk dan<br />

kelihatannya lelah sekali. Disampingnya terdapat seorang nona kecil yang berusia kira kira<br />

dua belas tahun dan yang memapah si nenek."<br />

"Melihat nenek yang sudah bagitu tigggi usianya dan juga kelihatannya sedang sakit, aku<br />

segera minggir, supaya ia bisa naik lebih dulu. Nona kecil itu ternyata cantik sekali, meskipun<br />

usianya masih sangat muda, belum pernah aku melihat wanita yang seayu dia, sehingga tanpa<br />

merasa aku mengawasinya beberapa kali. Tangan kanan si nenek mencekal sebatang tongkat<br />

dari kayu Pek bok dan dari pakaiannya, ia seperti juga seorang wanita miskin. Tangan kirinya<br />

memegang serenceng biji tasbih yang mengeluarkan sinar kuning berkilauan. Ketika aku<br />

memperhatikan, rencengan itu ternyata bukan biji biji tasbih, tapi bunga bunga bwee yang<br />

terbuat dari pada emas tulen..."<br />

"Aha!" memutus Boe Kie. "Perempuan tuaa itu tidak bisa lain dari pada majikan Kim hoa."<br />

"Benar. Tapi pada waktu itu, siapakah yang bisa menduga jelek kepadanya?" kata Siauw Hoe.<br />

Sehabis berkata begitu, ia merogoh saku dan mengeluarkan sekuntum bunga bwee emas yang<br />

menyerupai Kim Hoa yang pernah diserahkan kepada Ceng Goe oleh Boa Kie.<br />

Si bocah tertegun. Tadinya ia menduga, bahwa Kim hoa Coe jie adalah saorang lelaki yang<br />

bertubuh tinggi besar dan bermuka menakutkan. Tak dinyana, majikan bunga emas itu<br />

hanyalah seorang nenek tua.<br />

"Sesudah berada di atas loteng, nenek itu kembali batuk batuk. Siauw Hoe melanjutkan<br />

penuturannya, "Sinona cilik berbisik: "Popo makan obat ya?" Sinenek mengangguk dan nona<br />

kecil itu selanjutnya sudah mengeluarkan sebutir yo-wan dari dalam sebuah peles kristal.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 460

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!