20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

"Jikalau kamu semua masih dapat melawan dia, siang siang kamu telah <strong>membunuh</strong> mampus<br />

padanya," kata Ouw Ceng Goe "Apakah perlunya aku mendapatkan lima belas kantong nasi<br />

yang tidak mempunyai guna?"<br />

Kan Ciat menjadi putus asa. Dari omong keras, ia menjadi merendah, memohon pertolongan<br />

tabib pandai itu. Tetapi Ouw Ceng Goe sudah bertekad dengan keputusannya, bahwa ia tidak<br />

mau ambil perduli.<br />

Akhirnya Kan Ciat menjadi gusar, hingga ia berjingkrakan.<br />

"Baiklah!" serunya saking nekad "Ke kiri dan ke kanan toh bakal mampus, maka kalau benar<br />

benar musti mampus, baiklah, aku akan menggunakan api membakar kandang anjingmu ini.<br />

Kami yang biasa memasuki golok putih bersih dan mengeluarkan golok berdarah merah, biar<br />

kami membikin terjungkal kau. pendeta bangsat! Biarlah kita sama sama mengantarkan jiwa<br />

kita di tempat ini!"<br />

Saat itu, dari luar masuk lagi seorang lain, yaitu orang yang ditolong Boe Kie waktu mau<br />

muntahkan darah. Melihat kekalapan Kan Ciat ia meraba pinggang dan mengeluarkan<br />

sebatang Go bie Kong-cek (senjata semacam pusut). Sambil monotol dada Kan Ciat dengan<br />

pusutnya, ia berkata : "Kau berdosa terhadap Ouw Cianpwee, dan aku si-orang she Sie,<br />

merasa sangat tidak enak. Kau ingin yang masuk pisau putih, yang keluar pisau merah?<br />

Baiklah! Aku akan mengiringi keinginanmu."<br />

Ilmu silat Kan Ciat sebenarnya tebih tingga daripada si orang she Sie. Tapi karena kedua<br />

tangannya diikat dengan rantai besi, maka ia tak melawan dan hanya mengawasi dengan mata<br />

membelalak.<br />

"Ouw Cianpwee," kata si orang she Sie dengan suara nyaring, "boanpwee Sie Kong Wan<br />

murid Sian ia Sianseng dari Hoan san memberi hormat." Seraya berkata begitu, ia menekuk<br />

lutut dan manggutkan kepala empat kali.<br />

Melihat begitu, dalam hati Kan Ciat lantas saja timbul sedikit harapan. Ouw Ceng Goe yang<br />

tidak dapat dipaksa dengan kekerasan, mungkin dapat ditataki dengan kelembekan.<br />

Sesudahnya menjalankan peradatan besar, Sie Kong Wan berkata pula: "Kami sungguh<br />

bernasib sial, karena justeru pada waktu kami memerlukan pertolongan, Ouw Siashe sakit.<br />

Tapi kami tahu, bahwa disini terdapat seorang saudara kecil yang mempunyai kepandaian<br />

tinggi dalam ilmu pengobatan. Maka itu, kami memohon Ouw Cianpwee suka memberi<br />

permisi supaya saudara kecil itu mengobati luka kami yang sangat luar biasa. Dikolong langit,<br />

kecuali murid Tiap kok le Sian tiada orang lain yang dapat menyembuh kan luka kami."<br />

"Anak itu bernama Thio Boe Kie," kata si tabib malaikat dengan suara tawar. "Dia putera<br />

Thio Sam Hong. Aku Ouw Ceng Goe manusia jahat dari agama siluman tak ada sangkut<br />

pautnya dengan murid dari partai yang lurus bersih. Dia sendiri kena racun dingin dan<br />

meminta pertolonganku, Tapi aku sudah bersumpah, bahwa kecuali anggota Beng kauw, anak<br />

she thio itu tak sudi menjadi anggauta agama kami, mana biasa aku menolongnya?"<br />

Hati Sie Kong Wan mencelos. Semula ia menduga, Boe Kie murid Tiap kok Ie sian.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 452

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!