20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Mendengar itu Cie Jiak berkata, Jika mereka ini bertindak keliru bukan dengan sengaja,<br />

menurut pandanganku baiklah urusan dihabiskan saja. Lebih baik kita menjadi sahabat2.<br />

Teng Bin Koen gusar.<br />

Apa? dia berteriak. Apakah kau berbalik untuk membantui orang luar?<br />

Melihat romannya Teng Bin Koen itu, Boe Kie ingat peristiwa itu malam ketika Pheng Eng<br />

Giok Hweeshio kena dikeroyok didalam rimba, karena mana Kie Siauw<br />

Hoe menjadi bentrok sama Teng Bin Koen ini. Sekarang rupanya peristiwa ini mengulangi<br />

diri, Teng Bin Koen kembali mendesak, memaksa adik seperguruannya ini, untuk bertindak<br />

sewenang2 dan kejam. Karena ini, ia menjadi berkuatir untuk Cie Jiak.<br />

Agaknya nona Cioe sangant menurut kepada sucinya itu, ia sangat menghormati. Sembari<br />

menjura ia berkata, Baiklah siaomoi menurut kata suci, tidka bernai siaomoi membantah nya.<br />

Bagus! kata Bin Koen. Sekarang kau boleh bekuk budak itu, kau patahkan kedua tangannya!<br />

Baik! menyahut adik seperguruan itu. Tolong suci berjaga2 Ia lantas berpaling kepada gadis<br />

dusun, untuk berkata, Maaf, siaomoi berlaku kurang aja, ingin ku menerima beberapa jurus.<br />

Gadis desa itu tertawa dingin. Tak usah banyak pernik! katanya. Dengan sebat sekali, ia lantas<br />

menyerang, beruntun 3 kali. Sebab serangannya yang pertama dan kedua tidak memberikan<br />

hasil.<br />

Cie Jiak main mundur, tangan kanannya menangkis, tangan kirinya mencoba menangkap.<br />

Itulah pembelaan diri sambil menyerang. Dia bergerak lincah sekali.<br />

Boe Kie menonton, ia menjadi kagum. Didalam ilmu dalam, ia sudha mencapai puncak<br />

kemahiran, tetapi di dalam hal ilmu silat, ia masih ketinggalan. Sekarang ia melihat kedua<br />

nona itu bertempur cepat dan hebat. Lihati tangan Bian Ciang dari Cie Jiak, tetapi aneh gerak<br />

gerik si gadis desa. Ia kagum berbareng berkuatir. Sebenarnya ia tidak mengharap siapa jg<br />

yang menang, ia hanya ingin dua2nya tidak sampai terluka.<br />

Dengan lekas orang sudah bertarung lebih dari duapuluh jurus, sekarang mereka itu sama<br />

sama memasuki babak yg berbahaya. Mendadak si gadis desa berseru. Kena! benar saja ia<br />

dapat menghajar pundak Cie Jiak. Sebaliknya si nona Cioe dapat menjambret baju orang<br />

hingga robek. Setelah itu, keduanya sama-sama melompat mundur, muka merekapun samasama<br />

merah.<br />

Sungguh suatu ilmu menangkap yang hebat! si gadis desa berseru. Sebenarnya ia hendak<br />

maju pula, tapi ia lantas melihat lawannya mengerutkan alis, tangannya meraba dadanya,<br />

tubuhnyapun terhuyung dua kali, hampir roboh.<br />

Boe Kie kaget hingga ia berteriak, Kau kau. Nyata sekali besar perhatiannya terhadap nona<br />

marga Cioe itu.<br />

Cie Jiak heran melihat pria itu, yang rambut dan kumisnya panjang, menaruh perhatian<br />

sedemikian rupa terhadapnya.<br />

Soe-moay, kau kenapa? Bin Koen bertanya heran.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 622

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!