20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Mendadak kedua tangannya membetot keras dan kepalanya dibenturkan ke dada Thio Ngo<br />

hiap dengan tujuan untuk mati bersama. Coei San mengangkat kedua tangannya dan<br />

mendorong. "Bluk!", badan Touw Tay Kim terpental dan jatuh terjengkang tapi bajunya<br />

sendiripun menjadi robek.<br />

Thio Coei San adalah seorang yang tidak mengenal takut. Tapi kejadian-kejadian malam itu<br />

dan paras muka Touw Tay Kim adalah sedemikian menyeramkan, sehingga bulu romanya<br />

bangun semua. Dengan hati berdebar-debar, ia membungkuk untuk coba menolong, tapi<br />

Touw Tay Kim sudah melepaskan napasnya yang penghabisan. Sesudah mendapat luka berat,<br />

dorongan Coei San dan jatuhnya ditanah telah menghabiskan jiwanya.<br />

"Bangsat!" teriak sipendeta. "Kau!..... kau binasakan Soe hengku !" Ia memutar badan dan<br />

terus kabur sekeras-kerasnya.<br />

Coei San menghela napas panjang dan menggeleng gelengkan kepalanya. Ia mendapat<br />

kenyataan, bahwa Ciok dan Soe Piauw tauw, yang kakinya masuk kedalam air, sudah mati<br />

lebih dulu.<br />

Bukan main rasa dukanya pemuda itu. Dengan Touw Tay Kim, ia tak mempunyai<br />

permusuhan apapun juga. Ia hanya merasa jengkel karena dalam mengantar Jie Thay Giam,<br />

Cong piauw tauw itu sudah diabui orang dan menyerahkan samkonya kepada kawanan orang<br />

jahat. Tapi sekarang melihat kebinasaan yang begitu menyedihkan, ia merasa sangat terharu<br />

dan kasihan. Untuk beberapa saat, ia berdiri bengong. Tiba-tiba ia ingat perkataan Cong<br />

piauw tauw itu yang mengatakan, "aku hanya menyimpan tigaratus tahal emas, tapi aku sudah<br />

lantas berlaku begitu kejam".<br />

Sebenar-benarnya, jangankan ia tak tahu hal itu, sekalipun tahu, ia pasti tak akan<br />

sembarangan <strong>membunuh</strong> orang. Ia segera membungkuk daa membuka buntalan yang diikat<br />

dipunggung Cong piauw tauw itu. Benar saja, dalam buntelan itu kedapatan beberapa<br />

potongan emas.<br />

Coei San jadi bertambah duka. Ia ingat kesukaran dan penderitaan seorang piauw tauw yarg<br />

mencari sesuap nasi dengan melakoni perjalanan li (peep: ???) dan setiap hari hidup diujung<br />

senjata. Tujuan satu-satunya adalah mengumpul sedikit uang untuk berjaga-jaga keperluan<br />

dihari tua. Uang itu sekarang menggeletak disamping Touw Tay Kim, tapi ia sudah tak dapat<br />

menggunakannya. Mengingat begitu, ia menghela napas. Ia ingat pula, bahwa ini malam,<br />

seorang diri ia telah mengalahkan tiga pendeta Siauw lim sie sehingga namanya naik tinggi<br />

dalam Rimba Persilatan. Tapi apa artinya itu semua? Pada akhirnya ia dan Tuow Tay Kim<br />

tidak banyak bedanya, yaitu berpulang ketempat baka.<br />

Tanpa merasa, sekali lagi ia melamun ditengah telaga. Mendadak terdengar suara khim. Ia<br />

mengawas kearah suara itu dan mendapat kenyataan, bahwa sastrawan yang tadi minum arak<br />

seorang diri di dalam perahu, yang sekarang yang menetik khim. Sesaat kemudian, dengan<br />

menuruti irama tabuh-tabuhan itu, ia menyanyi:<br />

"Mendapat ilham, te<strong>naga</strong> pit seolah olah menggetarkan Ngo gak,<br />

Syair rampung suara bersyair mencapai Ciang Cioe.<br />

Kalau nama dan kemuliaan terus berdiri tegak,<br />

Sangai Han soei seharusnya mengalir balik ke barat laut."<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 130

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!