20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

"Sst! Han Toako!" bisik Cie Jiak. "Kita mau nonton, bukan mau bikin ribut".<br />

Han Lim Jie manggutkan kepalanya dan tidak berani buka suara lagi.<br />

Sesudah ribut ribut sebentar dari belakang datang lagi rombongan-rombongan tetabuhan.<br />

Rakyat mulai bersorak-sorak pula dan kejadian tadi yang mengenaskan segera dilupakan<br />

orang.<br />

Dibelakang rombongan tetabuhan yang kedua itu mengikuti rombongan-rombongan wayang,<br />

seperti wayang po-tee-hie dan lain-lain, dan selewatnya, rombongan wayang muncullah<br />

kereta-kereta hias yang ditunggu-tunggu. Setiap kereta ditarik kuda pilihan dan diatas kereta<br />

terdapat pemuda-pemudi dengan bermacam-macam pakaian yang menggambarkan ceriteraceritera<br />

atau dongeng jaman dahulu, seperti "Pek-Nio nio merendam Kim san," "Tong Som<br />

Cong mengambil kitab suci di See thian". "Tong Beng pesta di istana rembulan dan<br />

sebagainya.<br />

Disaban kereta terdapat sehelai bendera suram dengan nama pembesar yang<br />

mempersembahkannya. Makin ke belakang kereta itu makin indah dan pembesar-pembesar<br />

yang namanya tertera di bendera juga makin tinggi pangkatnya.<br />

Dengan mendapat tempik sorak gegap gempita, kereta-kereta lewat satu demi satu. Tiba-tiba<br />

suara tetabuhan yang mengiring setiap kereta berubah secara menyolok yang diperdengarkan<br />

sebuah lagu kuno. Boe Kie melihat, bahwa di kereta yang sedang mendatangi tertancap<br />

sehelai bendera putih, dengan tulisan. "Cioe Kong Lioe hong Koan coan ( Cie Kong<br />

membuang Koan Siok dan Coa Siok ). Di kereta itu terdapat seorang pria setengah tua yang<br />

memegang peranan Cioe Kong dan disampingnya berduduk seorang kanak-kanak yang<br />

mengenakan pakaian raja yaitu Raja Yan seng ong. Dua orang lain yang mengenakan pakaian<br />

sebagai Koan Siok dan Coa Siok, berbisik-bisik satu sama lain dan menuding-nuding Cioe<br />

Kong. Dibelakang kereta tersebut mengikuti lain kereta dengan bendera dengan tulisan yang<br />

berbunyi: "Ong Bong Kee-jin Kee Gie" (Ong Bong berlagak jadi manusia budiman) "Ong<br />

Bong" di kereta itu, yang mukanya dipoles bedak putih, sedang membagi bagian uang kepada<br />

beberapa rakyat miskin, Di belakang kedua kereta itu mengikuti empat bendera dengan tulisan<br />

yang merupakan sajak.<br />

"Cioe Kong pernah dicaci.<br />

Ong Bong pernah dipuja.<br />

Kalau waktu itu mereka mati,<br />

Tulen palsunya yang tahu siapa?"<br />

Membaca sajak itu. Boe Kie manggut-manggut manggutkan kepala. "Benar,“ pikirnya.<br />

"dalam dunia ini, salah atau benar, hitam atau putih, sukar sekali bisa diketahui. Cioe Kong<br />

seorang nabi, tapi, waktu membuang Koan Siok dan Coa Siok orang menuduhnya sebagai<br />

pengkhianat yang ingin merebut tahta kerajaan. Ong-bong seorang menteri dorna. Tapi<br />

semula pada waktu ia merendahkan diri dan menghormat rakyat ia dipuji. Inilah apa yang<br />

dikatakan sesudah berjalan jauh, barulah kita tahu seekor kuda, sesudah diuji lama. barulah<br />

kita mengenal hati manusia. Orang yang menerangkan kedua kereta itu bukan sembarang<br />

orang. Ia termenung. Ia ingat segala pengalaman yang akhir-akhir ini. Ia ingat dugadugaannya<br />

dalam sebuah teka-teki yang ditutup kabut. Manusia apa sebenarnya Tio Beng?<br />

Apa dia <strong>membunuh</strong> atau tidak <strong>membunuh</strong> In Lee? Sekonyong-konyong ia disadarkan oleh<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1222

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!