20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

yang lalu mengasah otak dan mencoba pula dengan lain cara pengobatan. Sesudah berselang<br />

lima enam hari, semua orang dapat dikatakan sudah mulai sembuh seluruhnya.<br />

Luka yang diderita Kie Siauw Hoe adalah luka di dalam, tercampur dengan racun. Te<strong>naga</strong><br />

pukulan musuh sudah melukakan perutnya, sedang racunpun sudah masuk kedalam tubuhnya.<br />

Sesudah memeriksa dengan teliti, Boe Kie segera memberi obat pemunah racun kepadanya<br />

dan selang beberapa hari, keadaannya sudah banyak baik.<br />

Sementara itu, para penderita telah mendirikan sebuah gubuk di depan rumah Ouw Ceng Goe<br />

dan mereka tidur menggeletak di tanah dengan hanya dialaskan dengan rumput kering.<br />

Beberapa tombak dari gubuk itu, Kie Siauw Hoe juga membuat sebuah gubuk yang lebih<br />

kecil untuk ia dan puterinya.<br />

Boe Me capai dan lelah. Tapi ia sangat bergembira dan bersemangat, karena ia bukan saja<br />

bisa menolong sesama manusia, tapi juga sudah memperoleh resep-resep mujijat dan caracara<br />

pengobatan yang biasa dari Tiap kok Ie sian.<br />

Tapi pagi itu ia kaget bukan main, sebab waktu bertemu dengan Kie Siauw Hoe, ia melihat<br />

sinar hitam pada alis nona Kie. Apa penyakitnya kumat lagi? Apa racun mengamuk pula?<br />

Cepat-cepat ia memeriksa nadi Siauw Hoe. Sesudah itu, ia mencampur ludah Siauw Hoe<br />

dengan bubuk obat Pek hap san dan begitu lekas melihat campuran itu, ia bisa lantas memberi<br />

kepastian bahwa benar racun mengamuk lagi.<br />

Ia mengasah otak mati matian, tapi tidak bisa memecahkan sebab musabab dari perubahan itu.<br />

Maka itu, ia selalu meminta pertolongan Ouw Ceng Goe yang segera memberitahukan lain<br />

cara pengobatan kepadanya. Benar saja, sesudah diobati menurut petunjuk baru itu, keadaan<br />

Siauw Hoe jadi terlebih baik.<br />

Tapi, sungguh heran, sehabis Siauw Hoe, perubahan luar biasa mendadak datang kepada<br />

dirinya Kan Ciat. Kepala gundulnya yang sudah mulai sembuh mendadak borokan lagi dan<br />

mengeluarkan bau yang tak sedap. Perubahan itu terjadi silih berganti atas dirinya kelimabelas<br />

orang itu: yang satu mendingan, yang lain menghebat lagi penyakitnya.!<br />

Boe Kie bingung bukan main. Ia pergi menemui Tiap kok Ia sian dan menuturkad kejadian<br />

yang luar biasa itu. "Sebab musabab dari perubahan itu yalah karena luka mereka sangat aneh,<br />

berbeda dengan luka biasa," menerangkan sang tabib malaikat. "Kalau mereka dapat<br />

disembuhkan oleb tabib biasa, tak perlu mereka datang kemari."<br />

Malam itu Boa Kie tak bisa pules. Ia berduka dan coba memecahkan teka-teki yang rumit<br />

"Perubahan penyakit itu adalah kejadian biasa," pikirnya. "Tapi walaupun begitu tak bisa jadi<br />

semua penderita itu mengalami perubahan sampai berkali-kali, sebentar baik, sebentar hebat,"<br />

Ia gelisah dan bergolak gulik diatas pembaringan.<br />

Kira-kira tengah maiam, tiba-tiba ia mendengar suara tindakan kaki yang sangat enteng dan<br />

lewat didepan kamarnya. Ia melompat bangun dam mengintip dari cela-cela jendela. Ia<br />

melihat berkelebatnya bayangan manusia yang segera menghilang dibelakang pohon kuil.<br />

Dilihat dari pakaian dan gerak-geriknya orang itu bulan lain dari pada Ouw Ceng Goe.<br />

"Eh-eh! .. Mengapa Ouw Sinahe berkeliaran ditengah malam buta?" tanyanya didalam hati.<br />

"Apa cacarnya sudah sembuh?" Sesaat kemudian, ia melihat masuknya Tiap kok Ie sian<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 456

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!