20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pada waktu mereka lari pada putaran keempat, orang itu tiba2 memutar badan dan<br />

melemparkan Ceng hian kearah gurunya. Karena merasa sambaran angin yang sangat dahsyat,<br />

buru2 Biat coat menghentikan tindakannya dan mengarahkan te<strong>naga</strong> Cian kin (Te<strong>naga</strong> seribu<br />

kati). Akan kemudian, sambil mengarahkan Lweekang, ia menyambuti tubuh muridnya.<br />

Orang itu tertawa terbahak2, Enam partai besar mau mengepung dan membasmi Kong beng<br />

teng! katanya Ha..ha ha Mungkin tak begitu gampang! Sehabis berkata begitu, lari ke jurusan<br />

utara. Waktu ubar2an debu dan pasir sama sekali tak bergerak. Tapi sekarang, di jalanan yang<br />

dilaluinya pasir kuning mengepul ke atas, seolah2 seekor <strong>naga</strong> kuning yang menutupi<br />

bayangnya.<br />

Semua murid Goe bie segera menghampiri dan berdiri di sekitar guru mereka. Paras muka<br />

Biat Coat merah padam. Ia berdiri tegak sambil mendukung Ceng hian tanpa mengeluarkan<br />

sepatah katapun.<br />

Ceng hian Soecie!.... mendadak Souw Bong Ceng berseru.<br />

Ternyata Ceng hian sudah tak bernyawa lagi, mukanya kuning dan pada tenggorokannya<br />

terdapat luka.<br />

Semua murid wanita lantas saja menangis keras.<br />

Nangis apa? bentak sang guru. Kubur dia!<br />

Semua orang segera berhenti menangis dan lalu mengubur jenasah Ceng Hian. Sesudah<br />

penguburan selesai, sambil membungkuk Ceng Hie berkata, Soehoe, siapa manusia siluman<br />

itu? Kami harus mengenal dia untuk membalas sakit hatinya Ceng Hian Soemoay.<br />

Kalau tak salah, dia adalah Ceng Ek Hok Ong, yaitu salah seorang raja (Ong) dari Mo Kauw,<br />

Jawabnya dengan suara dingin. Sudah lama kudengar, bahwa ilmu ringan badan orang itu<br />

tiada bandingannya di dunia. Nama besarnya ternyata bukan omong kosong. Kepandaiannya<br />

banyak lebih tinggi daripada aku. (Ceng Ek Hok Ong raja kelelawar bersayap hijau)<br />

Semenjak menyaksikan kekejaman Hiat Coat Soethay, Boe Kie membenci nikouw tua itu.<br />

Tapi sekarang ia merasa kagum dan mengakui, bahwa ia masih kalah jauh dari si nenek.<br />

Dalam menghadapi kecelakaan, nenek itu masih bisa berlaku begitu tenang dan masih bisa<br />

memuji kepandaian musuhnya. Sikap itu adalah sesuai dengan kedudukannya sebagai<br />

pemimpin tertinggi dari sebuah partai persilatan yang besar.<br />

Hm!... dia sama sekali tak berani beradu tangan dengan Soehoe dan terus lari ngiprit, kata<br />

Tang Bin Kun dengan suara marah yang dibuat-buat. Enghiong apa dia? (Enghiong orang<br />

gagah)<br />

Sang guru mengeluarkan suara di hidung. Mendadak tangannya melayang dan menggaplok<br />

mulut si perempuan she Teng.<br />

Aku tak dapat menyusul dia dan tak dapat menolong jiwa Ceng Hian, kata Biat Coat. Dialah<br />

yang menang. Siapa menang siapa kalah semuanya orang tahu. Nama enghiong diberikan<br />

oleh orang lain. Apakah kita bisa memberi julukan Enghiong pada diri sendiri?<br />

Selembar muka Teng Bun kemerah-merahan, bahana malunya. Ia membungkuk seraya<br />

berkata, Murid salah, murid tahu kesalahan sendiri.<br />

Soehoe, siapa itu Ceng Ek Hok Ong? Tanya Ceng Hie. Bolehkah Soehoe memberi penjelasan<br />

kepada kami?<br />

Biat coat tak menjawab. Ia mengibaskan tangannya sebagai perintah supaya rombongannya<br />

meneruskan perjalanan. Sesudah toasuci mereka membentur tembok, murid-murid yang lain<br />

tentu saja tak berani banyak bicara. Mereka segera berjalan dengan hati duka.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 642

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!