20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

mengambil jalanan yang salah. Siauw Hong sangat jahil, sesudah si bocah berada di depan<br />

kamar buku nyonya majikan, barulah ia mengejek.<br />

Boe Kie menunduk tanpa mengeluarka sepatah kata. Ia malu dan mendongkol.<br />

Aku akan mengantarkan kau jika kau berkata Siauw Hong cici, tolonglah aku, kata si jahil.<br />

Mau tak mau Boe Kie berkata, Siauw Hong cici..<br />

Ada apa? Tanya Siauw Hong.<br />

Tolonglah aku, antarlah aku keluar dari jalanan yang salah ini. Jawabnya.<br />

Nah! Benar begitu! kata si jahil sambil tertawa.<br />

Tak lama kemudian, mereka tiba di depan kamar si bocah.<br />

Siocia memberi perintah, supaya bocah ini mandi, kau berikan pakaian baru kepadanya, kata<br />

Siauw Hong kepada Kiauw Hok.<br />

Baik, Baik! jawabnya dengan sikap hormat.<br />

Melihat sikap Kiauw Hok, Boe Kie menduga bahwa Siauw Hong bukan dayang biasa,<br />

sedikitnya ia mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pelayan atau dayang biasa. Disaat<br />

lain, lima enam pelayan lelaki menghampiri dan merebut mengajak omong dengan<br />

menggunakan penggilan Siauw Hong cici. Tapi dia tidak meladeni.<br />

Tiba-tiba Siauw Hong merangkap kedua tangannya dan menjura kepada Boe Kie.<br />

Si bocah kaget. E-eh, mengapa?.... tanyanya.<br />

Tadi kau berlutut dihadapanku dan sekarang membalas hormat, jawabnya sambil memutar<br />

badan dan terus berjalan pergi.<br />

Kepada kawan-kawannya Kiauw Hok segera menceritakan bagaimana Boe Kie berlutut di<br />

hadapan Siauw Hong yang dianggapnya Coe Kioe Tin. Cerita itu ditambah bumbu sedap,<br />

sehingga semua orang tertawa terpingkal-pingkal. Tapi Boe Kie tak jadi gusar. Di dalam<br />

hatinya, ia telah mengingat wajah nona Coe, gerak-geriknya, dan perkataan-perkataannya.<br />

Sesudah mandi, Kiauw Hok menyerahkan satu stel pakaian kain hijau padanya, yaitu pakaian<br />

pelayan. Sambil bengong, ia mengawasi pakaian itu. Sungguh celaka! katanya di dalam hati.<br />

Aku belum jadi pelayan, bagaimana aku bisa pakai pakaian begitu? jika menuruti adat ia tentu<br />

sudah menolak. Tapi di lain saat ia mendapat lain pikiran kalau Siocia memanggil aku dan<br />

melihat aku masih mengenakan pakaian rombeng. Ia tentu akan jadi gusar. Pikirnya, Apa<br />

salahnya andai kata aku benar jadi pelayannya? Memikir begitu, jadi tenang dan tanpa berkata<br />

suatu apa, ia segera memakai pakaian itu.<br />

Tapi panggilan si nona yang ditunggu-tunggu tak kunjung datan. Jangankan Kioe Tin, Siauw<br />

Hong pun tak kelihatan mata hidungnya. Boe Kie hanya dapat membayang-bayangkan wajah<br />

nona Coe. Ia merasa, bahwa di dalam dunia yang lebar ini, tak ada wanita yang secantik dia.<br />

Ia ingin sekali pergi ke bagian gedung itu untuk melihat si nona atau mendengar suaranya<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 540

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!