20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

"Boanpwee tak tahu sebab musabab permusuhan antara Yo Kauwcoe dan Touw ok Taysu,"<br />

kata pula Boe Kie. Tapi Boanpwee merasa pasti, bahwa permusuhan itupun sudah terjadi<br />

karena siasat Seng Koen. Cobalah Touw ok Tay-su mengingat-ingat lagi kejadian yang<br />

lampau itu."<br />

Touw ok menundukkan kepalanya. Beberapa saat kemudian, ia berkata; "Mungkin, memang<br />

mungkin kerjaan Seng-koen. Dalam permusuhan antara Yo Kauwcoe dan loolap, Seng koen<br />

telah mengeluarkan banyak te<strong>naga</strong> untukku. Belakangan ini ia minta berguru kepada loo-lap,<br />

tapi sebab belum pernah menerima murid, maka loolap lantas memujikan dia kepada Soe tit.<br />

Memang mungkin sekali kejadian itu sudah terjadi karena siasat Seng koen.”<br />

"Bukan saja begitu," menyambung Boe Kie, “dia sekarang berusaha untuk merebut<br />

kedudukan hong thio dari Siauw lim sie. Diam-diam ia menerima murid sembarangan dan<br />

bersekutu dengan orang kangauw yang tidak baik. Dia berusaha untuk mencelakai Kong boen<br />

Seng ceng...!"<br />

Perkataan Boe Kie itu terputus sebab dengan mendadak ia mendengar suara keras dan sebuah<br />

batu raksasa yang menggelinding ke arah tiga pohon siong itu. "Siapa?" bentak Touw ok<br />

sambil menghantam dengan tambangnya sehingga batu itu somplak, sekonyong-konyong dari<br />

belakang batu berkelebat bayangan manusia yang lantas menubruk Boe Kie dan sebilah golok<br />

pendek menyambar ke tenggorokan pemuda itu.<br />

Itulah serangan yang tak diduga-duga!<br />

Pada detik itu seantero te<strong>naga</strong> di kedua tangan Boe Kie sedang menyambut tambang Touw<br />

ciat dan Touw lan. Ia tak pernah mimpi bahwa ia bakal dibokong.<br />

Waktu ia mendusin adanya serangan itu, ujung golok sudah hampir menyentuh kulit<br />

tenggorokan. Tapi detik penghabisan, mati-matian ia mengegos. Golok lewat dan merobek<br />

baju di bagian dadanya. Terlambat sedikit saja, jiwanya pasti melayang. Sesudah serangannya<br />

gagal, dengan ditedeng batu besar yang tengah menggelinding, pembokong itu<br />

menggulingkan diri sampai diluar kalangan tambang.<br />

"Sungguh berbahaya!” kata Boe Kie. "Binatang Seng Koen ! Kalau kau punya nyali datanglah<br />

kesini untuk dipadu denganku! Huh huh!- - - Kau coba <strong>membunuh</strong> aku untuk menutup<br />

mulutku." Biarpun tak melihat tegas muka penyerang itu, dengan memperhatikan gerakannya<br />

dan Lweekang, Boe Kie tahu, bahwa penyerang itu bukan lain daripada Seng Koen.<br />

Semeatara itu, dengan tambang mereka ketiga tetua Siau lim itu sudah berhasil mengalihkan<br />

sambaran batu raksasa itu ke jurusan lain.<br />

"Apa benar Goan tin?" tanya Touw ok. "Benar dia," jawab Touw lan.<br />

"Ya," kata pula Touw ok, "kalau dia tak berdosa, perlu apa...”<br />

Perkataan itu mendadak terputus sebab tiba-tiba saja beberapa bayangan manusia berkelebat.<br />

Orang yang paling dulu membentak, “Pendeta Siauw lim adalah murid Sang Budha tapi<br />

mereka telah <strong>membunuh</strong> begitu banyak orang, apa mereka tak takut dosa? Kawan-kawan,<br />

seranglah!"<br />

Delapan orang lantas saja menerjang. Boe Kie yang segera berduduk diantara<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1305

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!