20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

"Jiwa seluruh keluargaku telah ditolong oleh Coe hiap (para pendekar)," kata pula In Ho.<br />

"Selama lima tahun, aku seperti orang mimpi. Untuk kedosaanku, aku harap beliau suka<br />

menghajar aku, supaya hatiku jadi lebih enak."<br />

Siong Kee tertawa. "Urusan yang sudah lewat sebaiknya jangan disebut-sebut lagi," katanya.<br />

"Andai kata Soehoe sendiri mendengar perkataan In Congpiauwtauw yang sangat mulia,<br />

beliaupun tak merasa tersinggung," Tapi In Ho yang masih merasa sangat malu, terus mencaci<br />

dirinya sendiri.<br />

Song Wan Kiauw yang tidak mengerti duduknya persoalan, hanya mengeluarkan perkataanperkataan<br />

merendahkan diri. Selain In Ho, Kie Thian Pioe dan Kiong Kioe Kee juga tak<br />

hentinya menghaturkan terima kasih. Menurut penglihatan Wan Kiauw, Siong Kee bersikap<br />

sangat manis dan hangat terhadap In Ho, tapi terhadap Kie dan Kiong Congpiauwtauw, ia<br />

bersikap sedang-sedang saja. Mereka bertiga memohon permisi untuk memberi hormat<br />

didepan kamar Thio Sam Hong dan menghaturkan maaf kepada Beh Sang Kok, tapi<br />

permintaan itu semua ditolak dengan manis oleh Wan Kiauw berdua.<br />

Sesudah ketiga orang itu berlalu, Siong Kee berkata seraya menghela napas: "Biarpun mereka<br />

merasa sama sekali tidak menyebutkan soal Liong boen Piauwkiok. Dengan lain perkataan,<br />

budi tinggal budi, tapi urusan itu masih belum beres."<br />

Baru saja Wan Kiauw ingin meminta penjelasan, Coei San sudah muncul sambil berlari-lari.<br />

Begitu berhadapan dengan kakaknya, ia berlutut seraya berkata "Toako ....."<br />

Song Wan Kiauw halus budi pekertinya. Walaupun terhadap adik seperguruannya, apa pula<br />

dalam keadaannya ini, seperti sekarang selagi hatinya berdebaran, ia tidak dapat melupakan<br />

akal budinya itu, maka ia membalas hormat sambil berlutut juga. la pun berkata "Ngo tee, oh<br />

akhirnya kau pulang juga !"<br />

"Ya, Toako," menyahut adik seperguruannya yang nomor lima itu.<br />

Coei San lantas menuturkan hal ikhwalnya semenjak perpisahan mereka.<br />

Boh Seng Kok yang tidak sabaran, menyelak: "Ngoko, ketiga piauwsoe itu sangat kurang ajar,<br />

mereka tetap menuduh kaulah yang membinasakan seantero keluarga Liong boen Piauw kiok<br />

di Lim an, kenapa kau berlaku demikian sabar dan tidak hendak pergi menghajar adat kepada<br />

mereka ?"<br />

Mendengar itu, Coei San menghela napas, romannyn sangat berduka.<br />

"Tentang soal, itu berliku-liku duduknya, tidak dapat dituturkan dengan sepatah dua patah<br />

kata," katanya. "Tunggu saja sampai Sha-ko sudah mendusin, nanti aku menjelaskan semua.<br />

Bahkan aku masih hendak memohon saudara-saudara membantu memikirkan suatu daya yang<br />

sempurna."<br />

"Jangan kuatir, Ngoko," berkata In Lie Hang. "Tidak layak perbuatannya Liong boen Piauw<br />

kiok yang mengantarkan Sha-ko pulang dalam keadaan bercacad seumur hidupnya! Andai<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 322

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!