20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Di lain detik Song Ceng Soe mengusap mukanya dan terloncatlah topengnya. Ia sekarang<br />

berubah menjadi seorang pemuda yang sangat tampan.<br />

Mengingat kedosaan keponakan itu, darah Jie Lian Cioe bergolak-golak. Tapi sebagai orang<br />

berilmu tinggi, walaupun amarahnya besar paras mukanya masih tetap tenang. Hanya<br />

sepasang matanya yang tajam bagaikan pisau menyapu muka Song Ceng Soe, yang lantas saja<br />

menunduk.<br />

“Suamiku sudah keluar dari Boe tong dan masuk di Go bie,” kata Cie Jiak. “Hari ini secara<br />

resmi aku mengumumkan hal itu di segenap orang gagah di kolong langit. Jie Jiehiap dengan<br />

mengingat persahabatan lama, Thio Cinjin melarang murid murid Boe tong bermusuhan<br />

dengan partai kami. Itulah gie khie dari Thio Cinjin. Tapi mungkin juga larangan ini<br />

merupakan kepintaran Thio Cinjin dalam usaha mempertahankan nama besar Boe tong pay.”<br />

Sampai di situ In Lie Heng tak bisa menahan sabar lagi. Ia melompat keluar dan sambil<br />

menuding Cie Jiak ia membentak. “Cioe kauwnio, dahulu di waktu kau kecil waktu kau<br />

terancam bencana, gurukulah yang sudah menolong jiwamu dan kemudian menyerahkan kau<br />

kepada Go bie pay. Meskipun guruku sama sekali tidak mengharapkan pembalasan budi, tapi<br />

kau sungguh keterlaluan, karena dalam omonganmu itu kau seperti juga mengatakan bahwa<br />

Boe tong pay hanya punya nama kosong dan tidak bisa menandingi Go bie pay. Apa dengan<br />

berkata begitu kau tidak merasa malu terhadap guruku?”<br />

Cie Jiak tertawa datar. “Para pendekar Boe tong yang namanya menggetarkan Kang ouw<br />

memang berkepandaian tinggi dan Song tayhiap sendiri adalah mertuaku,” katanya. “Mana<br />

berani aku mengeluarkan celaan itu? Tapi Boe tong dan Go bie pay masing masing<br />

mempunyai kepandaian sendiri-sendiri. Sukar dikatakan yang mana yang lebih tinggi dan<br />

yang mana lebih rendah. Dulu, Kwee Couwsoe dari partai kami melepas budi kepada Thio<br />

Cinjin. Belakangan Thio Cinjin menolong aku. Budi sudah dibalas dengan budi dan di antara<br />

kedua partai tidak ada yang berhutang budi lagi, Jie Jiehiap, In Liok hiap! Peraturan bahwa<br />

murid Boe tong tidak boleh kebentrok dengan murid Go bie, sebaiknya mulai dari sekarang<br />

dihapuskan saja.”<br />

Perkataan yang menantang itu mengejutkan semua orang. Nama Jie Lian Coe tersohor di<br />

seluruh rimba persilatan. Mengapa Cie Jiak begitu berani? Apa dengan hanya mengandal<br />

kepada peluru geledek Go bie pay mau menjagoi di dunia Kang ouw?<br />

Darah In Lie Hong bergolak golak. Mengingat kebinasaan Boh Seng Kok air matanya lantas<br />

saja mengucur. “Ceng Soe! Oh Ceng Soe!” teriaknya dengan suara parau. “Mengapa…<br />

mengapa kau binasakan Cit siok mu…?”<br />

Ia tidak dapat lagi meneruskan perkataannya dan menangis sedu sedu.<br />

Semua orang saling mengawasi.<br />

Jie lian Cioe mendekati dan sambil memegang pundak adik seperguruan. “Para enghiong,<br />

dengarlah. Boe tong sangat tidak beruntung dan muncul Song Ceng Soe, seorang murid<br />

pengkhianat dan durhaka. Cit tee ku, Boh Seng Kok, telah…” mendadak terdengar suara,<br />

“srr… srr…” dua butir Pek Lek Loei Hwee tan menyambar dada Jie Lian Cioe.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1350

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!