20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Coan kang Tiangloo mengucapkan kata-kata itu dengan suara nyaring. Ia memang sengaja<br />

berbicara keras supaya didengar oleh semua orang. Pernyataan itu sangat mengejutkan.<br />

Hampir semua orang tahu bahwa Kay pang bermusuhan dengan Beng kauw dan telah ikut<br />

menyerang Kong beng teng. Pernyataan Coan kang Tiangloo bahwa Kay pang akan ikut<br />

perintah Boe Kie dan membalas sakit hati mendiang Soe pangcoe tidak bisa dimengerti semua<br />

orang.<br />

Sehabis Coan kang berbicara, semua anggota Kay pang bangun serentak dan berseru, “Kami<br />

menunggu perintah Thio Kauwcoe! Biarpun mesti masuk ke dalam lautan api, kami takkan<br />

menolak!”<br />

Coan kang segera memutar tubuh dan menghadap Kong tie. “Kay pang dan Siauw li-pay<br />

belum pernah mempunyai permusuhan,” katanya dengan suara keras. “Kami selalu<br />

menghormati Siauw lim-pay sebagai partai utama dalam Rimba Persilatan sehingga kalau ada<br />

ganjalan-ganjalan kecil kami selalu menahan sabar dan mengalah. Kami selamanya tidak<br />

berani berbuat salah kepada Siauw lim-pay. Dari paling rendah kami semua menaruh hormat<br />

kepada keempat Seng ceng dari Siauw lim yang pantas diteladani semua orang gagah dalam<br />

Rimba Persilatan. Sudah lama karena sakit, Soe Pangcoe kami mengundurkan diri dari dunia<br />

Pergaulan dan tidak berhubungan lagi dengan orang-orang Kangouw. Entah mengapa<br />

Pangcoe kami tidak luput dari tangan jahat seorang pendeta Siauw lim yang berkedudukan<br />

tinggi.” Perkataan itu disambut dengan suara ‘ah!’. Semua orang terkesiap terlebih lebih Kong<br />

tie.<br />

Sementara itu Coan kang Tiangloo bicara terus. “Hari ini kami datang kemari bukan sebagai<br />

eng hiong yang ingin menghadari Eng hiong Tay hwee. Kami datang untuk meminta petunjuk<br />

Kong boen Hong thio. Kami ingin bertanya dimana letak kesalahan Soe Pangcoe sehingga ia<br />

mesti dibinasakan oleh seorang pendeta Siauw lim bahkan Soe Hoejin tidak lolos dari<br />

kematian?”<br />

Kong tie merangkap kedua tangannya. “O mie to hoed,” katanya. “Bahwa Soe Pangcoe<br />

meninggal dunia baru hari ini diketahui loolap. Tiangloo mengatakan bahwa Soe Pangcoe<br />

dibinasakan oleh murid Siauw lim-pay. Apa tak salah loolap mohon Tiangloo memberikan<br />

penjelasan yang lebih jelas.”<br />

“Kong boen dan Kong tie Seng ceng adalah pendeta-pendeta suci yang mulia hatinya,” kata<br />

Coan kang. “Kami tentu tidak berani menuduh sembarangan.”<br />

“Sekarang aku mohon Taysoe sudi mengeluarkan seorang pendeta dan seorang murid Siauw<br />

lim yang bukan pendeta supaya mereka bisa dilihat dihadapan umum.”<br />

“Baiklah, siapa kedua orang itu?”<br />

“Mereka adalah….” Mendadak suaranya terputus!<br />

Kong tie terkejut. Ia mendekat dan memegang pergelangan tangan kanan tetua Kay pang itu<br />

dan…astaga…Nadinya sudah berhenti berdenyut! “Tiangloo Tiangloo!” panggil Kong tie.<br />

Dilain saat ia sadar bahwa diantara alis Coan kang Tiangloo terdapat satu titik hitam sebesar<br />

kepala hio. “Para enghiong, dengarlah,” teriak Kong tie. “Tiangloo sudah kena senjata rahasia<br />

yang sangat beracun dan sudah meninggal dunia! Siauw lim-pay pasti takkan menggunakan<br />

senjata semacam itu.”<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1333

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!