20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

"Kalau begitu kau adalab putera Boe tong Thio Ngohiap," kata Kim hoa Popo dengan suara<br />

heran. "Menurut pendapatku orang itu melukakan kau dengan Hian beng Sin ciang karena dia<br />

ingin memaksa kau memberitahukan tempat sembunyinya Cia Soen. Bukankah begitu ?"<br />

"Benar" Jawab Boe Kie. "Dia telah menyiksa aku dengan berbagai cara, tapi aku tetap<br />

membungkam."<br />

"Tapi apa kau tahu dimana adanya Cia Soen ?" tanya pula si nenek.<br />

"Kim mo Say ong adalah ayah angkatku." jawabnya "Tapi biar bagaimanapun jua, aku tak<br />

akan memberitahukan kepada siapapun jua."<br />

Mendadak si nenek membalik tangannya dan mencekal kedua tangan Boe Kie yang lalu<br />

dipijit keras-keras. Si bocah berteriak keras, matanya berkurang kunang. Pijitan itu bukan saja<br />

hebat, tapi dari tangan si nenek juga keluar semacam hawa dingin yang menyerang dadanya.<br />

Hawa dingin itu berbeda dengea hawa Hian beng Sin ciang, tapi sama hebatnya.<br />

"Anak baik," kata Kim Hoa Popo, "Beritahukanlah dimana adanya Cia Soen? Sesudah kau<br />

memberitahukan, aku akan mengusir racun dari tubuhmu dan juga akan memberikan<br />

semacam ilmu silat yang tiada keduanya kepadamu."<br />

Sambil menahan sakit, Boe Kie menjawab dengan suara tetap. "Kedua orang tuaku telah<br />

mengorbankan jiwa karena tidak mau menjual sahabat. Kim Hoa Popo, apakah kau<br />

memandang aku sebagai manusia yang bisa menjual ayah ibunya?"<br />

Jilid 26____________<br />

Si nenek bersenyum, "Bagus ! Bagus!", katanya: "Kau sungguh seorang anak yang baik?"<br />

"Popo, mengapa kau tidak menuang air perak kedalam kupingku?" tanya si bocah dengan<br />

berani: "Mengapa kau tidak memaksa aku menelan jarum? Huh huh ! Dulu, waktu masih<br />

kecil, aku sudah tak takut segala siksaan. Apalagi sekarang?"<br />

Kim hoa Popo tertawa terbahak-bahak. "Kau sudah besar anak, memang kau sudah besar,"<br />

katanya. "Ha ha ha...ho ho ho ..."Sehabis tertawa, ia batuk-batuk, banyak lebih hebat dari<br />

biasanya, sehingga si nona cilik menumbuk-numbuk punggungnya dan memberikan sebutir<br />

yowan kepada nya.<br />

Sesudah berhenti batuk-batuk, perlahan-lahan si nenek meletakan cekalannya, pada<br />

pergelangan tangan Boe Kie yang bekas dicekal terpeta tapak jari tangan yang berwarna<br />

ungu-hitam.<br />

Si nona cilik melirik Boe Kin seraya berkata "Lekas menghatur terima kasih kepada Popo<br />

yang sudah mengampuni jiwamu."<br />

Boe Kie mengeluarkan suara dihidung. "Kalau segera dibunuh, mungkin sekali aku lebih<br />

senang," katanya. "Perlu apa menghaturkan terima kasih?"<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 481

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!