20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

partai adalah manusia-manusia tolol. Ia tak percaya bahwa ia tak bisa merobohkan pemuda<br />

itu.<br />

Maka itu seraya mengibaskan tangan jubah ia berkata, Jie Jie hiap balik saja! Sesudah<br />

dihunus, Ie thian kiam tak bisa dimasukkan lagi ke dalam sarungnya sebelum bertempur.<br />

Baiklah, kata Jie Lian Cioe yang segera kembali ke barisannya.<br />

Sambil melintangkan pedang mustika di dadanya, Biat coat menghampiri Boe Kie. Ie thian<br />

kiam dibenci dan ditakuti Beng kauw. Anggota Beng kauw yang binasa karena pedang itu<br />

sukar dihitung jumlahnya. Sekarang, melihat si nenek maju dengan pedang terhunus, mereka<br />

semua berkuatir tercampur gusar dan beramai-ramai mereka mencaci Biat coat.<br />

Si nenek tertawa dingin, Jangan rewel kalian! bentaknya. Kalian tunggulah! Sesudah<br />

membereskan bocah itu, aku akan segera membereskan kalian semua.<br />

In Thian Ceng tahu Ie thian kiam sukar dilawan. Can Siauw hiap, senjata apa yang ingin<br />

digunakan olehmu? tanyanya.<br />

Aku tak punya senjata, jawabnya. Bagaimana pikiran Loo ya coe? Di dalam hati ia memang<br />

merasa jeri terhadap pedang mustika itu.<br />

Perlahan-lahan sang kakek menghunus pedang yang tergantung di pinggangnya. Terimalah<br />

Pek hong kiam ini, katanya. Meskipun tidak bisa menandingi Ie thian kiam dari bangsat<br />

perempuan itu, pedang ini senjata yang jarang terdapat dalam dunia Kangouw. Seraya berkata<br />

begitu, ia menyentil badan pedang yang lantas saja membengkok karena lemas seperti ikat<br />

pinggang. Satu suara uunng ! yang nyaring bersih lantas saja terdengar dan badan pedang<br />

pulih kembali seperti sedia kala. (Pek hong kiam Pedang bianglala putih).<br />

Dengan sikap menghormat Boe Kie menyambuti pedang itu. Terima kasih, katanya sambil<br />

membungkuk.<br />

Pedang itu sudah mengikuti aku selama puluhan tahun dan sudah <strong>membunuh</strong> banyak sekali<br />

manusia rendah, kata In Thian Ceng. Kalau hari ini dia bisa <strong>membunuh</strong> bangsat perempuan<br />

itu, biarpun mati loohoe merasa puas.<br />

Boanpwee akan perbuat apa yang boanpwee bisa, kata Boe Kie.<br />

Sambil menundukkan ujung pedang ke muka bumi dan memegan gagang pedang Pek hong<br />

kiam dengan kedua tangan, pemuda itu berkata kepada Biat coat. Kiam hoat boanpwee sudah<br />

pasti bukan tandingan Soethay dan sebenar-benarnya boanpwee tidak berani melawan<br />

Cianpwee. Cianpwee pernah menaruh belas kasihan kepada para anggota Swie kim kie,<br />

mengapa sekarang Cianpwee tidak bisa menaruh belas kasihan kepada boanpwee?<br />

Alis si nenek lantas saja turun. Kawanan setan Swie kim kie ditolong olehmu, katanya dengan<br />

suara menyeramkan. Biat coat Soethay belum pernah mengampuni orang. Sesudah menang<br />

baru kau boleh membuka bacot.<br />

Para anggota Lima Bendera Beng kauw, yang sangat membenci nenek itu, lantas saja<br />

berteriak-teriak.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 797

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!