20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sementara itu Tan Yoe Liang bertanya pula dengan suara lebih sabar. “Siapa sebenarnya kau?<br />

Kau takkan bisa mendustai aku. Kau pasti bukan Thio Boe Kie.”<br />

“Aku Thio Boe Kie dari Beng kauw,” jawabnya. “Mengapa kau tangkap saudaraku? Lekas<br />

lepaskan. Dalam segala hal, aku yang bertanggung jawab.”<br />

Mendadak terdengar suara tawa dingin. “Tio Beng Kauwnio,” kata seseorang. “Orang lain<br />

bisa tak mengenal kau tapi aku mengenal kau. Orang lain bisa tak mengenal Thio Boe Kie<br />

tapi aku mengenalnya dengan baik. Lapor kepada Pangcoe bahwa perempuan itu dalah<br />

putrinya Jie Lam Ong. Dia bergelar Beng beng Koencoe dan mempunyai banyak orang<br />

pandai. Kita harus bersiap siaga.” Orang yang melucuti topeng Tio Beng adalah Song Ceng<br />

Soe.<br />

Cia hoat Tiang-loo segera bersiul nyaring.<br />

“Ciang pang Tiang-loo!” teriaknya. “Bawalah sejumlah saudara kita untuk menjaga diluar<br />

kelenteng. Hajar setiap musuh yang mau coba menerobos masuk.”<br />

Ciang pang Tiang-loo segera mengiyakan.<br />

Dalam sekejap diempat penjuru terdengar teriakan-teriakan para pengemis yang bersiap untuk<br />

menyambut musuh.<br />

Paras muka Tio Beng agak berubah. Ia menepuk tangan dan dari atas tembok melayang turun<br />

dua orang. Mereka adalah Hian beng Jie loe Lok thung kek dan Ho pit ong.<br />

“Bekuk mereka!” bentak Cia hoat Tiang-loo.<br />

Empat murid tujuh karung segera menerjang. Tapi mereka bukan tandingan Hian beng Jie lok.<br />

Dalam tiga jurus mereka sudah luka semua. Melihat itu Coan kang Tiang-loo segera turun ke<br />

arena dan menghantam Ho pit ong dengan pukulan yang mengeluarkan deru angin dahsyat.<br />

Boe Kie tahu bahwa pukulan itu adalah Kian liong Cay tian (melihat <strong>naga</strong> di sawah) dari Han<br />

liong Sip pat ciang (Delapan belas pukulan menakluki <strong>naga</strong>). Dulu di Peng hwee to, ia pernah<br />

mendengar keterangan dan melihat contoh dari pukulan itu yang diberikan oleh ayah<br />

angkatnya. Tapi ketika itu, ia masih belum bisa menangkap intisari pukulan tersebut.<br />

Sekarang ia merasa sangat kagum, ia tak sangka bahwa Hang liong Sip pat ciang sedemikian<br />

hebat dan si pengemis tua ternyata sudah mengalami dasar ilmu silat Kioe cie Sin kay Ang Cit<br />

Kong yang sangat tinggi itu.<br />

Ho pit ong tidak berani bermain lagi. Cepat-cepat ia menggunakan Hian beng Sin ciang dan<br />

memapaki telapak tangan si pengemis. Plaak! Kedua tangan beradu. Hian liong Sip pat ciang<br />

mengandung te<strong>naga</strong> soen-kang (keras yang murni) sedang te<strong>naga</strong> Hian beng Sin ciang bersifat<br />

Im jioe (dingin dan lemas). Kedua lawan itu sama-sama sudah berlatih puluhan tahun dan<br />

te<strong>naga</strong> dalam mereka sama-sama sudah mencapai tingkat yang tinggi. Dalam bentrokan<br />

tangan yang pertama, kedua pihak kira-kira standing. Coan kang Tiang-loo merasa semacam<br />

hawa yang sangat dingin menerobos masuk ke lengan dari telapak tangan dan terus naik ke<br />

atas. Dilain pihak Ho pit ong merasa hawa dan darah bergolak-golak di dadanya. Ia terkejut<br />

dan mengawasi lawannya dengan mata mendelik.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1146

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!