20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

kilat. Ternyata kata kata "senjata rahasia habis" adalah semacaan isyarat supaya semua orang<br />

bergulingan untuk menyingkirkan diri dari sambaran lima batang Hoeito yang menyambar<br />

dalam bentuk bunga bwee.<br />

Dalam keadaan biasa, dengan menundukkan kepala, membungkuk, melompat kedepan atau<br />

menjengkangkan diri, Pheng Hweeshio akan dapat mengelakkan lima golok itu yang<br />

menyambar dadanya. Tapi sekarang, sebab sambil bergulingan, keenam musuhnya juga<br />

menyerang dengan senjata mereka, maka bagian bawah badannya tertutup semua.<br />

Boe Kie mencelos hatinya.<br />

Mendadak tubuh Pheng Hweeshio meleset keatas kira-kira setombak tingginya, dan lima buah<br />

golok terbang lewat di bawah kakinya. Tapi, meskipun senjata rahasia sudah dielakkan,<br />

Sianthung dan golok kedua pendeta Siauw lim serta pedang dari toesoe Koen loan pay sudah<br />

manyambar lututnya dengan berbareng. Sesaat itu tubuh Pheng Hwee shio masih di tengah<br />

udara, sehingga, mau tidak mau, ia terpaksa menggunakan pukulan yang berbahaya dan<br />

membinasakan.<br />

"Ptak!", telapak tangan kirinya menghantam kepala seorang pendeta Siauw lim dan dengan<br />

sekali menjambret, tangan kanannya sudah merampas golok pendeta itu, yang lalu digunakan<br />

untuk menangkis Sianthung. Dengan meminjam te<strong>naga</strong> dari bentrokan kedua senjata itu,<br />

badannya "terbang" beberapa tombak jauhnya. Pendeta Siauw lim yang ditepuk kepalanya,<br />

sudah binasa seketika itu juga. Sambil berteriak-teriak, tujuh kawannya mengubar Pheng<br />

Hweeshio.<br />

Di lain saat, badan Pheng Hweeshio kelihataan bergoyang-goyang, hampir-hampir jatuh<br />

terguling, dan ketujuh musuhnya lantas saja mengurung.<br />

Sambil memutar Sianthung, si pendeta Siauw lim menerjang dan berteriak "Pheng Hweeshio!<br />

Kau membinasakan Soeteeku. <strong>Mar</strong>i kita mengadu jiwa !"<br />

"Lututnya sudah kena Sia wie kauw (Gaetan buntut kalajengking. semacam senjata rahasia) !"<br />

teriak si toosoe Koen loen. "Tak lama lagi, dia akan mampus keracunan!"<br />

Benar saja, tindakan Pheng Hweeshio kelihatan limbung dan perlawanannya terhadap si<br />

pendenta Siauw lim, sudah kalut.<br />

"Celaka!" bisik Siang Gie Coen. "Ia adalah guru Cioe Toako. Bagaimana aku harus<br />

menolongnya?"<br />

Boe Kie tahu, bahwa si brewok adalah manusia yang tidak bisa menonton kecelakaan kawan<br />

sambil berpeluk tangan. Biarpun dirinya sendiri terluka berat, ia masih mau menolong orang.<br />

Andai kata ia sampai menerjang keluar, ia hanya akan mengantarkan jiwa dengan cumacuma.<br />

Tiba-tiba Boe Kie mendapatkan serupa ingatan dan ia lantas saja berkata: "Siang<br />

Toako, kau ingin menolong Pheng Hweeshio bukan?"<br />

"Tidak bisa tidak ditolong!" jawabnya. "Ia kena senjata beracun, Tapi, aku sendiri .... aku<br />

sendiri ...."<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 407

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!