20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Pemimpin Siauw Lim Sie sudah menerima surat resmi dari Beng Kauw dan dengan membawa<br />

sejumlah pendeta, Kong tie Siansoe menyambut dipendopo diluar kuil.<br />

Sesudah bilagui Seng Koen, bahwa Beng kauw bersekutu dengan Jie Lam Ong, Kong Tie<br />

menyambut dengan penuh kegusaran. Ia hanya merangkap kedua tangannya tanpa<br />

mengeluarkan sepatah kata, sedang paras mukanya kelihatan menyeramkan.<br />

“Untuk satu urusan penting, kami ingin bertemu dengan Hong thio Sengceng,” kata Boe Kie<br />

sambil menyoja.<br />

“Persilahkan!” kata Kong tie yang lalu mengantar rombongan itu. Diluar pintu kuil,<br />

rombongan Boe Kie disambut oleh Kong Boen Sian Soe. Mendengar kedatangan Boe Kie<br />

sebagai Kauwcoe dari Beng Kauw, Kong Boen tak mau melanggar adat istiadat Rimba<br />

Persilatan. Ia keluar menyambut dengan mengajak Sioe coe (pemimpin) Tat mo tong To kan<br />

tong dan Cong keng kok. Sesudah saling memberi hormat, ia mengajak para tamu masuk di<br />

Thay Hiong. Po thian dan beberapa pendeta kecil lantas saja menyuguhkan teh.<br />

“Hong thio Sing Ceng,” kata Boe Kie, “Tanpa urusan penting, kami tentu tidak berani datang<br />

disini. Maksud kunjungan kami ialah untuk memohon dimerdekakannya Hoe Kauw Hoat Ong<br />

cia hoat Ong kami. Untuk budi yang sangat besar itu, kami pasti tak akan melupakan dan akan<br />

berusaha untuk membalasnya.”<br />

O mie to hoed!” kata Kong boen. “Pada hakekatnya tentang beribadat harus berpokok belas<br />

kasihan dan tidak boleh <strong>membunuh</strong>. Menurut kebiasaan, kami memang tidak boleh<br />

menyukarkan Cia Soen. Tapi sebagaimana diketahui, suhenku Kong kian telah binasa didalam<br />

tangan Cia Siesoe. Sebagaimana pemimpin dalam satu agama, Thio Kauwcoe tentu pahan<br />

akan peraturan didalam rimba persilatan.<br />

“Didalam peristiwa yang menyedihkan itu, terselip latar belakang yang berbelit2 dan sesudah<br />

mengetahui latar belakang itu kita sebenarnya tidak dapat mempersalahkan Cia Hoat Ong,”<br />

kata Boe Kie yang lalu menjelaskan jalannya peristiwa, cara bagaimana untuk menghilangkan<br />

satu permusuhan besar. Kong kian rela menerima pukulan Cia Soen.<br />

Baru Boe Kie memutar separuh, Kong Boen sudah berbangkit dan berdiri sambil<br />

membungkuk. Dengan sinar mata berlinang2, ia berkata: “Siancay! Siancay! Untuk menolong<br />

sesama manusia, Kongkian suhen rela membuat pengorbanan yg besar itu. Jasanya sungguh<br />

tak kecil.”<br />

Berapa pendeta lantas saja membaca doa. Para pemimpin Beng Kauw pun segera bangun<br />

berdiri sebagai tanda menghormat kepada pendeta suci itu.<br />

“Sesudah mencelakai Kongkian seng ceng sebab kesalahan tangan, Cia Hoat ong berduka dan<br />

menyesal,” kata pula Boe Kie. “Tapi seumpamanya urusan ini lalu diusut lebih jauh orang yg<br />

berdosa adalah Goan tin Taysoe dari Siauw Lim sie.” Melihat Seng Koen tidak berada disitu,<br />

ia berkata, “Aku memohon supaya Goan tin Taysoe disuruh keluar guna dipadu di hadapan<br />

orang banyak, supaya Hong thio Seng ceng bisa membuktikan, apa aku berdusta atau tidak.”<br />

“Benar,” sela Cioe Tian. “Di Kong beng teng keledai gundul itu berlagak mampus, lekas<br />

panggil dia keluar!” Si sembrono rupa2nya masih sakit hati terhadap Seng Koen yg telak<br />

mempersakitinya dalam pertempuran di Kong beng teng.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1316

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!