20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

menduga dia tak mau mencelakai jiwa ratusan lawan dan ada juga yg menduga berayali kecil<br />

dan takut akan ancaman In Ya Ong.<br />

Sementara itu Boe Kie menyoja sambil membungkuk. Terima kasih atas belas kasihan Soe<br />

thay, katanya.<br />

Biat Coat mengeluarkan suara dihidung. Ia malu bercampur gusar. Ia sekarang serba salah,<br />

kalau memukul lagi, sebagai seorang cianpwee ia tak menepati janji. Kalau menyudahi saja,<br />

ia seperti jug mukuek lutut dibawah ancaman Peh Bie Kauw.<br />

In Ya Ong tertawa terbahak2. Orang yang bisa melihat selatan adalah seorang gagah katanya.<br />

Tak mau Biat Coat menjadi sorang yg berkedudukan tinggi pada jaman ???. Ia mengibas<br />

tangannya dan membentak Mundur semua!<br />

Dengan serentak dan rapi, pasukan anak panah Peh Bie Kauw menghilang dalam parit.<br />

Biat Coat malu besar, tapi orang tentu tidak mau percaya, jika ia mengatakan, bahwa barusan<br />

ia memukul sungguh2. orang tentu menggangap, bahwa ia takut akan ancaman In Ya Ong.<br />

Maka itu ia hanya mengawasi Boe Kie dengan sorot mata gusar. Sesaat kemudian, ia berseru,<br />

In Ya Ong! Jika kau ingin menjadi pukulanku, marilah!<br />

Sesudah hari ini menerima budi Soethay, aku tak berani membuat kdeosaan lagi, jawabnya.<br />

Di hari kemudia masih ada kesempatan untuk bertemu pula.<br />

Si nenek mengibas tangannya dan tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi, ia mengajak<br />

murid2nya pergi ke arah barat. Rombongan Koen Loen Hwasan dan Kongtong bersama In lie<br />

Heng dan Song Ceng Soe lantas berangkat.<br />

Coe Jie yang masih belum bisa jalan lantas saja berteriak A Go koko! Bawalah aku pergi dari<br />

sini!<br />

Tunggu sebentar, kata Boe Kie yang inign bicara dengan In Ya Ong. Ia mendekati dan<br />

berkata. Terima kasih atas budi cianpwee, Boanpwee takkan dapat melupakannya.<br />

Sambil mencekal tangan pemuda itu dan mengawasi mukanya dengan mata tajam. In Ya Ong<br />

bertanya. Apa benar kau she Can?<br />

Didalam hati Boe Kie ingin sekali menubruk dan memeluk pamannya, tapi sebisa bisa ia<br />

mempertahankan diri. Bahwa terharu, kedua matanya mengembang air.<br />

Kata orang, Melihat paman seperti melihat ibu sendiri. Sesudah kedua orang tuanya<br />

meninggal dunia, selama belasan tahun, baru sekarang Boe Kie berjumpa dengan keluarga<br />

sendiri sehingga dapatlah di mengerti, jika ia merasa sangat terharu. Di lain pihak, In Ya Ong<br />

hanya menafsirkan menangisnya pemuda itu sebgai suatu tanda berterima kasih. Tiba2 ia<br />

melihat Coe Jie yg rebah di tanah dan ia terus saja tertawa dingin. A lee, tegurnya. Apa kamu<br />

sudah tidak mengenal aku?<br />

Paras si nona lantas saja berubah. Thi! katanya dengan suara bergemetar.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 676

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!