20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

"Ngoko, apa sedang dipikir olehmu?" tanya pula sang isteri. "Dalam beberapa hari ini kau<br />

kelihatannya agak bingung."<br />

Coei San bersenyum. "Tak apa-apa, mungkin karena kegirangan bakal menjadi ayah, aku<br />

kelihatannya tolol," jawabnya.<br />

Tapi nyonya itu yang sangat pintar tak dapat<br />

diakali. Ia sudah melihat bahwa pada mata suaminya terdapat sinar kekuatiran. "Ngoko, jika<br />

kau tidak berterus terang, aku akan jengkel sekali." katanya dengan suara lemah lembut. "Ada<br />

apa yang mendukakan hatimu?"<br />

Coei San menghela napas. "Aku harap saja penglihatanku keliru," katanya. "Dalam beberapa<br />

hari ini, kulihat perubahan pada paras muka Cia Cianpwee."<br />

So So mengeluarkan seruan tertahan dan berkata dengan suara berkuatir : "Benar, akupun<br />

sudah lihat perubahan itu. Paras mukanya makin hari jadi makin ganas dan mungkin sekali ia<br />

bakal kalap lagi."<br />

Coei San manggut-manggutkan kepalanya. "Dia rupanya jengkel karena tidak dapat<br />

menembus rahasia yang meliputi To liong to." katanya.<br />

Tiba-tiba air mata So So mengucur, sehingga suaminya terkejut. "Aku sedikitpun tidak<br />

merasa halangan kalau kita mati bertempur dan mati bersama-sama dia," katanya dengan<br />

suara sedih. "Tapi.... tapi....."<br />

Dengan rasa terharu, Coei San memeluk istrinya.<br />

"Benar sesudah mempunyai anak, kita tak boleh sembarangan mengadu jiwa," katanya "Kalau<br />

dia kumat lagi kalapnya, tiada jalan lain dari pada membinasakannya. Kedua matanya sudah<br />

buta dan aku merasa pasti, dia tak akan bisa mencelakakan kita."<br />

Mendengar niatan suaminya untuk <strong>membunuh</strong> Cia Soen, badan nyonya itu bergemetaran.<br />

Sebagaimana diketahui, waktu masih ia kejam luar biasa dan dapat <strong>membunuh</strong> puluhan<br />

manusia tanpa berkesiap. Tapi sesudah hamil, entah mengapa hatinya jadi berubah mulia.<br />

Pernah kejadian pada suatu hari Coei San menangkap seekor biang menjangan yang diikut<br />

oleh dua anaknya sampai diguba. So So merasa tak tega dan berkeras supaya suaminya<br />

melepaskan betina menjangan itu. Ia lebih suka makan buah buahan saja daripada<br />

<strong>membunuh</strong>nya.<br />

Melihat istrinya menggigil, Coei San tertawa seraya berkata dengan suara menyinta: "Aku<br />

harap saja dia tidak kalap lagi. So So, berikan saja nama Liam Coe (Langit Welas asih)<br />

kepada anak kita. Apa kau setuju? Aku ingin supaya kalau sudah besar, dia akan terus ingat,<br />

bahwa ibunya mempunyai hati yang welas asih. Perem puan atau lelaki, kita berikan saja<br />

nama itu."<br />

So So mengangguk dengan perasaan beruntung. "Dulu, setiap kali aka <strong>membunuh</strong> manusia,<br />

hati ku merasa girang," katanya. "Tapi sekarang, dengan mengatahui, bahwa dalam hatiku<br />

telah muncul perasaan kasih terhadap sesama manusia, aku merasa bahagia dan kebahagiaan<br />

itu berbeda jauh dengan kegirangan diwaktu dulu, waktu aku <strong>membunuh</strong> manusia."<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 227

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!