20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

"Mengobati sakit dan menolong manusia adalah tugas orang-orang Rimba Persilatan," kata<br />

Coei San dengan suara nyaring. "Bagaimana aku bisa menyesal?"<br />

"Sudah duapuluh hari lebih racun itu mengeram dalam badanku, sehingga sekarang kita tak<br />

perlu terlalu tergesa-gesa," kata sinona sambil tersenyum. "Biarlah kau dengar dulu<br />

penuturanku. Hari ini sesudah menyerahkan Jie Sam hiap kepada Liong boen piauw kiok, aku<br />

sendiri diam-diam menguntit dari belakang. Benar saja, disepanjang jalan beberapa orang<br />

ingin turunkan tangan jahat terhadap Jie Sam hiap, tapi semuanya sudah dipukul mundur<br />

olehku. Kejadian itu sama sekali tidak diketahui oleh Tauw Tay Kim."<br />

Thio Coei San lantas saja mengangkat kedua tangannya "Budi nona yang sangat besar tak<br />

akan dilupakan<br />

oleh segenap murid Boe tong pay," katanya sambil menyoja.<br />

"Jangan terburu napsu menghaturkan terimakasih kepadaku," kata nona In sambil bersenyum.<br />

"Sebentar kau bisa membenci aku."<br />

Coei San terkejut, Ia tak mengerti apa yang dimaksudkan sinona.<br />

"Sepanjang jalan," ia melanjutkan penuturannya "Hari ini aku menyamar sebagai petani, lain<br />

hari sebagai saudagar dan terus membuntuti dari belakang. Tak dinyana, sesudah tiba di Boe<br />

tong baru terjadi peristiwa yang menyedihkan"<br />

"Apakah nona lihat enam penjahat itu?" tanya Coei San sambil mengertak gigi. "Touw Tay<br />

Kim benar-benar tolol. Dia tak dapat memberikan keterangan apapun jua tentang asal usul<br />

enam penjahat itu."<br />

"Bukan saja lihat, aku malah sudah bertempur dergan mereka," jawabnya. "Tapi akupun tolol.<br />

Aku juga tak tahu asal usul mereka." Sesudah mengirup teh, ia berkata pula: "Pada waktu<br />

enam orang itu turun dari atas gunung dan bicara dengan Touw Tay Kim, aku mengawasi dari<br />

sebelah kejauhan. Kudengar Cong piauw tauw itu menggunakan istilah Boe tong Liok hiap<br />

dan merekapun menerima baik panggilan itu. Sesudah mereka menerima kereta Jie Sam hiap,<br />

dari tangan rombongan piauw kiok, aku anggap, urusan sudah selesai dan aku menahan kuda<br />

dipinggir jalan, membiarkan lewatnya rombongan Touw Tay Kim,<br />

Tapi dilain saat, aku terkesiap karena melihat sesuatu ang tidak masuk di akal. Siauw moay<br />

menganggap Boe tong Cit hiap saling menyintai seperti saudara saudara kandung sendiri.<br />

Menurut pantas, mereka ramai-ramai harus menengok Jie Sam hiap yang rebah di kereta<br />

dengan terluka berat. Tetapi kenyataannya, hanya seorang yang melongok kedalam kereta,<br />

sedang yang lainnya tidak mau mengambil perduli. Bukan saja begitu, paras muka mereka<br />

malahan menggunjuk perasaan girang dan sambil berteriak teriak, mereka mengikuti di<br />

belakang kereta. Itulah kejadian yang sangat mencurigakan sebab sangat tidak masuk akal.<br />

"Tidak salah pendapat noda" kata Coei San sambil mengangguk beberapa kali.<br />

"Semakin lama, hatiku jadi semakin tak enak," si nona berkata pula. "Aku segera mengubar<br />

dan menanyakan nama mereka. Mereka ternyata mempunyai mata yang cukup tajam.<br />

Sekelebatan, mereka sudah tahu, bahwa aku adalah seorang wanita yang menyamar sebagat<br />

pria. Aku mencaci mereka sebagai manusia rendah yang sudah menggunakan nama Boe tong<br />

Cit hiap dan merampas Jie Sam hiap dengan tipu busuk. Aku segera menerjang dan dilayani<br />

oleh seorang pemuda kurus yang berusia kurang lebih dua puluh tahun dengan dikawani oleh<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 139

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!