20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Cepat cepat mereka menghampiri dan didahan pohon tercantum selembar kertas. Coei San<br />

mengambil kertas itu yang tertulis perkataan seperti berikut: "Mempersembahkan tiga ekor<br />

kuda untuk menebus dosa."<br />

"Mereka ternyata berlaku sungkan sekali terhadap kita," kata Lian Cioe. Mereka segera<br />

menunggang kuda-kuda itu dengan Boe Kie duduk di depan ibunya. Sibocah yang belum<br />

pernah menunggang kuda jadi girang tak kepalang.<br />

"Sesudah banyak orang mengetahui gerak-gerik kita, kurasa menumpang perahu atau<br />

menumpang kuda tiada banyak bedanya," kata Coei San.<br />

"Benar," jawab sang kakak: "Kita tentu akan menghadapi lebih banyak gelombang. Kalau<br />

bukan terlalu terpaksa, kita tidak boleh turunkan tangan terlampau berat." Ia berkata begitu,<br />

karena mengingat terlukanya kedua murid Go bie dan hatinya tetap merasa tidak enak.<br />

Diam-diam So So merasa sangat malu. Karena kesalahan yang begitu kecil, Jiehiap sudah<br />

merasa begitu menyesal. Betapa jauh perbedaan antara dirinya sendiri yang pernah<br />

memandang jiwa manusia seperti jiwa semut dan sang Jiepeh yang sedemikian mulia hatinya.<br />

Ia merasa bahwa orang yang berdosa harus bertanggung jawab dan ia tak pantas menyukarkan<br />

Jie Lian Cioe lagi. Karena memikir begitu, ia lantas saja berkata: "Jiepeh, tujuan mereka ialah<br />

kami berdua suami istri. Sedang terhadap Jiepeh, mereka berlaku hormat sekali. Jika didepan<br />

ada rintangan lagi, biarlah teehoe yang menyambutnya lebih dulu dan jika aku kalah, barulah<br />

Jiepeh menolong."<br />

"Ah, mengapa Teehoe berkata begitu"" kata Lian Coe. "Dengan berkata begitu, Teehoe<br />

menganggap aku seperti orang luar. Kita sekarang sudah terikat pamili, mati dan hidup<br />

haruslah bersama-sama."<br />

So So tidak berani membantah lagi. "Terang terang mereka tahu, bahwa Jiepeh berada<br />

bersama sama kami, tapi mengapa mereka berlaku begitu ceroboh dan mengirim saja muridmurid<br />

turunan keempat yang ilmu silatnya belum seberapa?" tanyanya pula.<br />

"Mungkin sekali karena persiapan mereka dilakukan dengan tergesa-gesa, sehingga tidak<br />

keburu memanggil orang orang lebih pandai," jawab Lian Cioe.<br />

Karena menduga, bahwa pencegatan Go hie pay bertujuan untuk menyelidiki tempat<br />

sembunyinya Cia Soen, Coei San lantas berkata: "Baru sekarang kutahu, bahwa Gieheng<br />

bermusuhan dengan Go bie pay. Selarna berada di Peng hwee to, ia tidak pernah menyebutnyebut<br />

itu."<br />

"Ya, semula akupun merasa heran," kata Lian Cioe. "Go bie pay adalah sebuah partai<br />

persilatan yang menjaga keras peraturannya, sedang murid muridnya sebagian terbesar terdiri<br />

dari kaum wanita. Biat coat Soethay selamanya tidak mempermisikan murid-murid Go bie<br />

berkelara dalam dunia Kangouw. Mereka kebanyakan menjadi pendata, mengasingkan diri<br />

dari pergaulan atau menikah dan mengurus rumah tangga. Waktu Go bie pay mengirim orang<br />

untuk bertempur dangan Peh bie kauw kamipun merasa heran. Belakangan baru kami tahu<br />

latar belakangnya. Pada suatu malam Phoei Peng, Phoei Loo eng hiong, siorang jago tua<br />

dipropinsi Holan, dibunuh orang dan diatas tembok tertulis huruf-huruf yang berbunyi: Si<br />

pembunuh ialah Hoen goan Pek lek chioe Seng Koen."<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 301

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!