20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

“Oh, begitu?” bentak pula si nenek. “Ibarat burung sekarang bulumu sudah tumbuh semua<br />

dan kau ingin terbang sendiri. Bukankah begitu?”<br />

Diantara kegelapan Boe Kie melihat sinar mata si nenek yg dingin dan berkeredepan.<br />

“Popo” kata In Lee dengan suara sedih, “aku takkan melupakan budimu yg sangat besar. Popo<br />

sudah menolong jiwaku dan mengajar ilmu silat kepadaku. Akan tetapi Cia Tayhiap adalah<br />

ayah angkatnya…”<br />

Nenek Kim Hoa tertawa getir, “Aku Tanya nyana, bahwa didalam dunia ada manusia yg<br />

begitu tolot seperti kau” katanya. “Bukan kah dengan kupingmu sendiri kau sudah mendenagr<br />

pengakuan Boe Liat dan Boe Ceng Eng, bahwa bocah she Thio itu jatuh kedalam jurang yg<br />

dalamnya berlaksa tombak di wilayah she hek? Pada waktu ini tulang2nya mungkin sudah<br />

jadi tanah. Dan kau masih memikiri dia!”<br />

“Tapi popo entah mengapa aku tetap tidak bisa melupakan dia,” kata si nona. “Mungkin<br />

sekali… inilah apa yg pernah dikatakan popo tentang hutang pada penitisan yg lampau…”<br />

Si nenek menghela napas dan paras mukanya jadi terlebih sabar. “Sudahlah! Hapuskan bocah<br />

itu dari keringatmy!” katanya dengan membujuk. “Dia sekarang sudah mati. Andaikata kau<br />

dan dia sudah jadi suami istri, kaupun tak bisa berbuat apapun jua. Hm… baik jg dia mati<br />

siang2. kalau dia belum mati dan sekarang dia melihat mukamu apakah kau akan jatuh cinta<br />

kepadamu? Untung dia sudah mampus. Kalau tidak kau harus menyaksikan dia bercinta2an<br />

dan menikah dengan wanita lain. Apabila terjadi kejadian itu bukankah kau akan lebih<br />

menderita daripada sekarang?”<br />

In Lee tidak menjawab. Ia menundukkan kepala dan air mata meleleh turun dikedua pipinya.<br />

“Kita tak usah menyebut wanita lain,” kata pula si nenek. “Lihat saja Cioe Kouwnio yg di<br />

tawan kita. Dia cantik dan ayu bagikan bunga. Kalau she Thio itu masih hidup dan melihat<br />

nona Cioe dia pasti akan jatuh cinta. Dan kau? Apa yg akan diperbuat olehmu? Apa kau akan<br />

<strong>membunuh</strong> Cioe Kouwnio atau akan <strong>membunuh</strong> bocah she Thio itu? Huh! Huh! … Jika kau<br />

tak melatih diri dalam Ciat hoe chioe kau akan menjadi seorang gadis yg sangat cantik. Tapi<br />

skrg… segala apa sudah kasep.”<br />

“Benar…” kata In Lee dengan suara sedih. “Orangnya sudah mati, sedang mukaku sudah<br />

rusak. Tak guna bicara panjang2 lagi. Tapi Cia Tayhiap adalah ayah angkatnya. Popo, aku<br />

hanya memohon belas kasihanmu dalam hal ini. Mengenai lain urusan, aku berjanji akan<br />

menaati segala perintahmu.” Sehabis berkata begitu, ia berlutut dan menangis segak2 sambil<br />

memanggut2kan kepalanya.<br />

Dalam pelayaran ke Peng Hwee to untuk mengajak Cia Soen pulang ke Tiong goan, Kim hoa<br />

popo dan In Lee telah menggunakan waktu sekarang lebih satu tahun. Belakangan, setelah<br />

masuk kedalam dunia Kang Ouw, mereka tidak pernah berhubungan dengan tokoh Rimba<br />

Persilatan. Itulah sebabnya mengapa sampai sekurang mereka belum tahu bahwa Boe Kie<br />

telah menjadi Kauwcoe dari Beng Kauw.<br />

Sesudah memikir beberapa saat, nenek Kim hoa berkata, “Baik kau bangunlah!”<br />

“Terima kasih popo!” kata si nona dengan girang.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1044

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!