20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

"Sinshe! Apa sinshe sudah tidur ?" ia tanya perlahan.<br />

"Ada apa?" ia mendapat jawaban. "Tidak peduli siapa, aku tidak akan mengobatinya!"<br />

"Ya, sinshe. Hanya luka mereka itu, semuanya luka yang aneh-aneh ...."<br />

Boe Kie lantas saja menurunkan tentang semua luka itu.<br />

Ouw Ceng Goa, yang teraling dengan sekosol mendengari. Kalau ada yang ia tidak mengerti<br />

ia menanya tegas, untuk itu. Boa Kie mesti pergi keluar kepada orang-orang yang luka itu,<br />

untuk memeriksa pula selanjutnya untuk ia memberikan jawabannya yang terang kepada Tiap<br />

kok Ie sian. Oleh karena ini, setengah jam tempo dibutuhkan untuk mendapat tahu jelas<br />

lukanya semua limabelas orang itu berikut Siauw Hoe.<br />

Beberapa kali Ouw Sinshe mengasih dengar suara tidak terang, agaknya ia terang berpikir,<br />

banyak kemudian, ia kata "Hm semua luka itu tidak akan dapat menyulitkan aku ! "<br />

Belum lagi Boe Kie sempat menanya, tiba-tiba ada orang yang bersuara di belakangnya<br />

katanya: "Ouw Sinshe, pemilik bunga emas itu telah membilangi aku, untuk aku<br />

menyampaikan kepada kau. Dia bilang. "Kecewa kau dipanggil Tiap kok Ie sian, sebab<br />

limabelas macam luka ini, aku menduga tidak satu yang kau sanggup sembuhkan." Haha !<br />

Benar-benar sekarang kau menyembunyikan diri, kau berpura-pura sakit!"<br />

Boe Kie berpaling. Ia mengenali si orang tua berkepala lanang Seng Cioe Ka lam Kan Ciat<br />

dari Khong tong pay. Tadinya ia menyangka rambut orang rontok wajar, kemudian ia<br />

mendapat tahu, rambut itu rontok sebab kepalanya si gundul pernah dilabur obat yang sifatnya<br />

keras oleh sipemilik bunga emas atau Kim hoa hingga rambutnya habis. Bahkan sisa obat<br />

beracun menempel dan menembusi kulit, hingga selanjutnya kepala menjadi gatal terusterusan,<br />

hingga ada kekuatiran, selewatnya beberapa hari, racun yang jahat itu nanti<br />

menyerang polo atau otak, hingga orang bisa menjadi gila. Sekarangpun kedua tangannya<br />

dirantai oleh kawan-kawannya, supaya tidak dapat menggaruk, kalau tidak, tidak nanti dia<br />

dapat melawan rasa gatalnya itu.<br />

Atas kata-kata jago Khong tong pay itu, Ouw Ceng Goe kata dengan tawar: "Untukku, aku<br />

dapat menyembuhkan syukur, tidak dapatpun tidak apa. Ringkasnya, aku tidak mau<br />

mengobati kau! Aku lihat kau masih dapat hidup sampai tujuh atau delapan hari lagi, karena<br />

itu baiklah kau lekas pulang untuk menemui isteri dan anak anakmu, orang sedalam rumah<br />

tangga ! Apa perlunya kau banyak omong di sini? Apakah faedah nya itu ?"<br />

Kan Ciat menggoyang goyangkan kepalanya. Selagi mendongkol, berduka dan berkuatir, rasa<br />

gatalnya menyerang hebat sekali. Karena ia tidak bisa menggaruk, ia membenturkan<br />

kepalanya berulang ulang kepada tembok, sedang kedua tangannya, yang digerak-gerakkan,<br />

mendatangkan suara berkelontrangan yang berisik. Dan terdengar jelas napasnya yang<br />

memburu.<br />

"Ouw Sinshe, orang yang menggunakan bunga emas itu, siang atau malam, bakal datang<br />

kemari!" Ia berkata dengan sengit. "Aku juga telah melihat bahwa kaupun tidak bakalan mati<br />

secara baik, maka itu, aku pikir baiklah kita bergabung bekerja sama melawan dia. Bukankah<br />

ada terlebih baik begitu dari pada kau nantikan kematianmu dengan tidak berdaya?"<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 451

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!