20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

hatinya: "Orang itu memiliki kepandaian luar biasa. Cara bagaimana aku bisa mengawasi<br />

kecelakaan yang menimpa dirinya seorang gagah dengan berpeluk tangan?" Ia lantas saja<br />

berpaling kepada situkang perahu seraya berkata: "Coan kee (tukang perahu), dayunglah<br />

perahumu kearah kedua perahu itu!"<br />

Si tukang perahu kaget tak kepalang. Sambil mengawasi si kakek dengan mata membelalak ia<br />

berkata : "Loo too ya... kau ... kau ... jangan guyon-guyon!"<br />

Melihat keadaan sudah mendesak, tanpa mengeluarkan sepatah kata, Sam Hong menyentak<br />

dayung dan dengan sekali menggayuh, kepala perahu sudah terputar.<br />

Sekonyong-konyong terdengar teriakan menyayat hati. Teriakan itu keluar dari mulutnya<br />

salah seorang anak yang lelaki yang punggungnya tertancap sebatang anak panah.<br />

Dalam kagetnya, si brewok membungkuk untuk memeriksa luka anak laki-laki tersebut itu,<br />

dan selagi ia membungkuk, dua batang anak panah mengenakan pundak dan punggungnya. Ia<br />

mengeluar kan teriakan tertahan. Badannya bengoyang-goyang dan dayung yang dicekalnya<br />

jatuh ke air, sehingga perahunya lantas saja berhenti. Sesaat kemudian perahu yang mengejar<br />

sudah menyandak dan semua pengejar Ialu melompat keperahu si brewok. Tapi dia laki-laki<br />

sejati. Biarpun dikurung oleh begitu banyak. musuh, secara nekat-nekatan in melawan dengan<br />

tangan kosong,<br />

"Orang gagah, jangan takut !" teriak Thio Sam Hong. "Aku akan datang menolong kau!"<br />

Sambil menggenjot tubuhnya, ia melontarkan dua lembar papan ke air, kaki kirinya menotol<br />

papan pertama, kaki kanannya papan kedua dan bagaikan seekor burung raksasa, ia hinggap<br />

diatas perahu. Selagi ia melompat, dua orang perwira dengan berbareng melepaskan anak<br />

panah, tapi kedua anak panah itu terpental dengan kibasan tangan. Begitu lekas kedua kakinya<br />

menginjak geladak perahu, ia menghantam dengan telapak tangan kirinya dan dua Hoan ceng,<br />

terpental setombak lebih, akan kemudian tercebur didalam air. Melihat kelihayan si kakek,<br />

semua orang kaget bukan main; "Bangsat tua! Mau apa kau?" bentak perwira yang memimpin<br />

rombongan.<br />

"Anjing Tat coe !" Sam Hong balas mencaci. "Lagi - lagi kamu mencelakakan rakyat baik<br />

baik. Pergi!'<br />

"Kau tahu siapa mereka?" tanya si perwira. "Mereka adalah anak-anaknya penghianat dari<br />

Mokauw (agama siluman). Hong siang telah mengeluarkan firman untuk membekuk mereka!"<br />

Mendengar "penghianat dari Mokauw", Thio Sam Hong rupanya terkejut juga. "Apakah<br />

mereka orang-orangnya Tincoe Cioe Coe Ong?" Tanyanya didalam hati. Ia menengok kepada<br />

sibrewok dan bertanya: "Apa benar?"<br />

Dengan tubuh berlumpuran darah dan sambil memeluk mayat anak lelaki itu, ia menangis dan<br />

berkata: "Siauwcoekong (majikan kecil)... Siauw coekong binasa dipanah oleh meraka.. "<br />

Si kakek jadi makin kaget. "Apakah anak itu puteranya Cioe Coe Ong?" tanyanya pula.<br />

"Benar," jawabnya "Aku sudah gagal menunaikan tugasku. Biarlah aku mati bersama sama".<br />

Perlahan-lahan ia menaruh mayat di atas geladak perahu dan kemudian menubruk perwira<br />

Mongol itu. Tapi, sebab lukanya terlalu berat dan kedua anak panah itu belum dicabut dari<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 393

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!