20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

data memandang rendah kepada wanita, adalah peraturan yang tidak dimengerti olehku. Harus<br />

diketahui, bahwa ilmu Sang-Buddha tiada batasnya dan semua makhluk Tuhan adalah sama<br />

rata. Maka itu, menurut Boan seng, peraturan itu agak bertentangan dengan pelajaran Sang<br />

Buddha."<br />

Thian beng Sian soe adalah seorang pendeta yang berilamu tinggi dan berpandangan luas. Ia<br />

segera dapat membedakan, apa yang benar dan apa yang salah.<br />

Mendengar perkataan Ho Ciok Too, ia segera bersenyum dan berkata. "Trima kasih atas<br />

petunjuk Kie soe. Peraturan itu memang peraturan yang agak sempit. Kalau begitu, akupun<br />

mengundang nona untuk turut minum teh."<br />

Kwee Sang melirik kawannya sambil bersenyum. sedang didalam hati ia memuji ketajaman<br />

lidah pemuda itu.<br />

Thian beng segera minggir kesamping dan mengangkat tangannya sebagai undangan supaya<br />

kedua tetamu itu masuk. Tapi sebelum Ho Ciok Too bertindak dari samping kiri Thian beng<br />

tiba2 maju seorang pendeta tua yang bertubuh krus ."Dengan bebeapa perkataan saja, Kie soe<br />

sudah meniadakan peraturan Siauw lim sie yang sudah berjalaa ribuan tahun, katanya."<br />

"Peraturan itu bukan tak boleh dirubah. Tapi kita harus menyelidiki. apa orang yang<br />

menyebabkan berubah peraturan2 itu, benar2 seorang yang berkepandaian tinggi. Maka itu<br />

aku mengharap Ho Kie soe suka memberi sedetik pelajaran, supaya para pendeta bisa<br />

membuka mata dan tidak merasa penasaranlagi karena mengetahui, bahwa orang yang<br />

merobah peraturan kami, ia orang yang sungguh sungguh berkepandaian tinggi," Orang bicara<br />

itu adalah Boe siang Sian soe, kepala Tatmo tong. Ia bicara dengan suara nyaring luar biasa,<br />

sehingga telinga yang mendengarnya merasa sakit sebagai akibat dari tekanan te<strong>naga</strong><br />

Lweekang yang sangat dahsyat.<br />

Mendengar perkataan Boe siang, paras muka Phoa Thian Keng dan kedua Soeteenya lantas<br />

saja berubah. Mereka merasa diejek, bahwa mereka telah dijatuhkan oleh seorang yang belum<br />

tentu memiliki kepandaian tinggi.<br />

Sementara itu, waktu melirik Bu sek Sia soe, Kwee Siang melihat sorot bingung dan jengkel<br />

pada muka pendeta itu. "Toa hweeshio adalah seorang baik dan juga sahabat Toakoko,"<br />

katanya didalam hati. Jika Hiok Too dan pendeta Siau lim sie sampai bertempur, tak perduli<br />

siapa yang kalah dan siapa menang hatiku merasa tak enak." Memikir begitu, lantas saja ia<br />

berkata dengan suara nyaring.<br />

"Ho Toako, aku sebenarnya tidak perlu masuk kekuil. Beritahukanlah sekarang omongan<br />

yang ingin disampaikan olehmu dan sesudah itu, kita boleh segera berlalu"<br />

Sehabis berkata begitu, sambil menunjuk Boe sek, ia melan jutkan perkataannya. "ltulah Boe<br />

sek Sian soe, sahabat baikku. Kedua belah pihak sebaiknya jangan merusak keakuran."<br />

Ho Ciok Too kelihatan terkejut. "Oh, begitu ?" katanya sambil berpaling kepada Thian beng<br />

dan berkata pula : "Loo hong thio, yang mana Kak wan Siansoe ? Aku menerima permintaan<br />

seseorang untuk menyampaikan perkataan kapadanya."<br />

"Kak wan Sian-soe ? menegas Thian beng dengan suara perlahan.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 45

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!