20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Si jangkung terkesiap dan menyampok dengan goloknya. Trang! pada saat terakhir berhasil<br />

memapaki bacokan jago betina itu. Pan Siok Ham menyerang dengan pukulan Kim ciam<br />

Touw Ciat (jarum emas melewati merah bahaya) sedangkan si jangkung menyambut dengan<br />

Ban Ciat Pot Hok (laksana merah bahaya tidak datang lagi) Kedua pukulan itu yang satu Ceng<br />

yang lain hoan merupakan ilmu silat Liang Gie yang indah luar biasa. Kalau tadi dalam<br />

menghadapi Kiu Yang Sin Kang, si kakek tidak berdaya sekarang ia memperlihatkan<br />

kepandaiannya yang sangat tinggi, sebab pada hakekatnya, ia memang merupakan seorang<br />

ahli silat dari kelas utama.<br />

Sesudah gebrakan pertama, masing-masing mundur setindak. Mereka terkejut dan merasa<br />

kagum. Mereka berlainan partai, berlainan ilmu dan belum pernah bertemu muka. Tapi<br />

sesudah gebrakan itu, masing-masing yakin bahwa jika Liang Gie To Hoat bekerja sama,<br />

maka kerja sama itu akan menciptakan serupa ilmu silat yang tiada bandingannya dalam<br />

dunia. Ketika itu, Pan Siok Ham merasa seperti juga seorang yang selama hidupnya hidup<br />

kesepian, tiba-tiba bertemu dengan sahabat akrab. Ia menengok kepada suaminya dan berkata,<br />

eh, kemana kau!<br />

Ho Thay Ciong adalah seorang suami yang selalu menurut perintah sang isteri. Tapi di<br />

hadapan orang banyak ia merasa jengah juga dan berusaha untuk menolong muka dengan<br />

memperlihatkan keangkerannya sebagai seorang Ciang Boen Jin. Sambil mengeluarkan suara<br />

di hidung, perlahan-lahan ia menghampiri sang isteri dengan didahului oleh empat kacung.<br />

Satu membawa pedang, satu menyangga khim besi dan dua orang memegang hudtim<br />

(kebutan) Begitu tiba di tengah gelanggang, keempat kacung itu membungkuk dan mundur,<br />

akan kemudian berdiri di belakang Ho Thay Ciong.<br />

Pan Siok Ham melirik suaminya dan berkata, kita berempat coba main-main dengan bocah itu<br />

supaya dia mengenal lihainya ilmu silat Hwa San dan Koen Loen. Ia menengok dan<br />

mendadak mengeluarkan seruan tertahan. Sambil mengawasi Boe Kie dengan mata<br />

membelalak, ia berkata, kau.<br />

Sebagaimana diketahui, pada empat tahun berselang, ia pernah bertemu dengan Boe Kie.<br />

Walaupun sekarang dari kanak-kanak Boe Kie sudah menjadi seorang pemuda, badannya<br />

sudah berubah dan di atas bibirnya sudah tumbuh sedikit kumis, ia masih mengenali pemuda<br />

itu.<br />

Apa tak baik jika kita melupakan kejadian yang dulu? kata Boe Kie. Aku Can A Goe.<br />

Pan Siok Ham mengerti maksud pemuda yang tidak mau memperkenalkan namanya yang<br />

sejati. Ia mengerti, bahwa jika ia membuka rahasia, Boe Kie pun akan melucuti kedoknya<br />

akan mengumumkan cara bagaimana ia dan suaminya sudah membalas kebaikan dengan<br />

kejahatan. Maka itu, seraya mengangkat pedang, ia berkata, Can Siauw Hiap telah mendapat<br />

kemajuan pesat sekali. Dengan jalan ini, aku memberi selamat, aku ingin minta<br />

pengajaranmu.<br />

Boe Kie tersenyum. Sudah lama kudengar Kiam Hoat kalian berdua yang sangat lihai,<br />

katanya. Boanpwee hanya mengharap cianpwee suka menaruh belas kasihan.<br />

Sementara itu, Ho Thay Ciong sudah mengambil pedang yang dipegang kacungnya. Senjata<br />

apa yang ingin digunakan Can siauw Hiap? tanyanya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 783

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!