20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Boe Kie terkejut. Nenek Kim Hoa sungguh tidak boleh dibuat gegabah. “Apa dia jg sudah<br />

tahu kedatanganku?” tanyanya pada diri sendiri. Ia melihat Tan Yoe Liang sendiri sudah<br />

merebahkan diri dirumput, tanpa berani bergerak. Dengan sangat hati2 ia maju lagi beberapa<br />

tombak. Ia ingin berada terlebih dekat dengan ayah angkatnya untuk merintangi setiap<br />

bokongan dari si nenek.<br />

Dilain saat orang yg bertubuh tinggi besar keluar dari gubuk. Orang itu adalah Cia Soen. Ia<br />

berdiri tegak tanpa mengeluarkan sepatah kata.<br />

“Cia hiantee, kau selalu bercuriga terhadap sahabat lama, tapi menaruh kepercayaan besar<br />

terhadap orang luar,” kata Kim Hoa popo. “Tadi siang kau melepaskan Tan Yoe Liang dan<br />

sekarang dia datang lagi.”<br />

“Tombak yg terang gampang dikelit, anak panah gelap sukar dijaga,” jawabnya.<br />

“Selama hidupnya Cia Soen paling sering menderita karena perbuatan orang sendiri. Kalau<br />

Tan Yoe Liang mau mencari aku biarlah dia mencari aku.”<br />

“Cia Hiantee, perlu apa kau meladeni manusia rendah itu?” kata si nenek. “Tadi siang waktu<br />

kau mengampuni jiwanya, apa kau tahusikap kai dan tangannya? Hm… kedua tangannya<br />

bersiap dengan pulukan Say coe Pek Tauw sie kakinya memasang kuda2 Heng mo Tee Tauw<br />

sit dari Siauw lim pay. Ha, ha, … ha, ha…” suaranya tertawa yg menyerupai jeritan burung<br />

hantu sangat menyeramkan.<br />

Cia Soen kaget. Ia tahu bahwa Kim Hoa popo tidak berdusta. Karena tidak bisa melihat ia<br />

sudah bisa diakali. “Cia Soen sudah sering dihina orang,” katanya dengan suara tawar.<br />

“Dalam dunia Kang Ouw, jumlah manusia rendah seperti dia tidka bisa dihitung berapa<br />

banyaknya. Membunuh atau tidak <strong>membunuh</strong> dia tidak menjadi soal. Han Hoe jin, kau adalah<br />

seorang sahabat lama, waktu itu, mengapa kau tidak memberitahukan aku? Mengapa baru<br />

sekarang kau mengatakan begitu? Apa maksudmu?”<br />

Sehabis bertanya begitu, tiba2 badannya melesat dan dalam gerakan yg cepat luar biasa, ia<br />

sudah berada dihadapan Tan Yoe Liang.<br />

Dengan sekali menggerakkan tangan kirinya ia merampas golok bengkok, sedang tangan<br />

kanannya memberi tiga gapelokan beruntun pada pipi Tan Yoe Liang. Sesudah itu sambil<br />

mencengkeram leher pemuda itu, ia membentak: “Binatang! Aku bisa mengambil jiwamu<br />

seperti mengambil jiwa ayam, tapi aku sudah meluluskan bahwa sepuluh tahun kemudian, kau<br />

boleh datang lagi untuk mencari diriku. Dilain kali, jika kita bertemu pula, antara kira berdua<br />

hanya terbuka jalan mati atau hidup.” Ia mengangkat tubuh Tan Yoe Liang dan<br />

melontarkannya jauh2.<br />

Apa mau, pemuda itu melayang jatuh ke arah “barisan jarum”. Si nenek kaget. Kalau Tan Yoe<br />

Liang jatuh diatas jarum, rahasianya akan terbuka dan capai lelahnya akan tersia2. Secepat<br />

kilat ia melompat dan menotok pingang pemuda itu dengan tongkatnya, sehingga tubuh yg<br />

hampir ambruk ditanah terpental lagi beberapa tombak jauhnya. “Pergi!” bentaknya. “Kalau<br />

kau berani menginjak lagi pulau Leng coa to, aku akan mengambil jiwanya seratus murid Kay<br />

pang, Kim hoa popo tidak pernah omong kosong. Sekarang aku hanya menghadiahkan kau<br />

dengan sekuntum bunga emas.”<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1046

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!