20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

“Serangan enam partai terhadap Beng Kauw bukan urusan kecil,” kata pula Cia Soen.<br />

“Bagaimana sebenarnya nasib kita? Mengapa kau tidak memberitahukan hal itu kepadaku,<br />

waktu kita bertemu di Peng hwee to? Kau sudah pergi ke Tiong goan lagi dan aku percaya<br />

bahwa kau sudah mendapat warta yg lebih jelas.”<br />

“Apa faedahnya jika aku beritahukan kau kejadian itu pada waktu aku datang di Peng Hwee<br />

to? Paling banyak kau mengoeml panjang pendek. Mati hidupnya Beng Kau tak ada sangkut<br />

pautnya lagi dengan Kim hoa popo. Kau rupa2nya sudah lupa kejadian di Kong Beng Teng.<br />

Waktu Kong Beng Co soe dan Kong Beng Yoe soe mengepung aku. Tapi si nenek masih<br />

belum melupakan kejadian itu.”<br />

“Hait….. Ganjelan pribadi adalah soal kecil, melindungi agama kita adalah soal besar. Han<br />

hoejin dadamu sempit sekali.”<br />

“Bagus!” bentak si nenek dengan gusar. “Kau laki2 gagah aku perempuan berpemandangan<br />

sempit! Apa kau tidak tahu, bahwa aku sudha untuk memutuskan hubungan dengna Beng<br />

Kauw? Kalau bukan begitu cara bagaimana Ouw Goe bisa memperlakukan aku sebagai orang<br />

luar? Dia menuntut supaya aku bersumpah untuk kembali kepada Beng Kauw dan hanyalah<br />

jika aku memenuhi tuntutannya barulah ia mengobati luka keracunan dari Gin yan sianseng.<br />

Cia hian tee, sekarang aku berterus terang. Akulah yg <strong>membunuh</strong> Tiap kok Ie sien Ouw Ceng<br />

Goe Cie san Liong ong sudah melanggar peraturan Beng Kauw yg paling penting. Mana bisa<br />

aku berhubung lagi dengan orang Beng Kauw?”<br />

“Cia Song menggeleng2kan kepalanya. “Han hoe jin, aku mengerti maksudmu yg<br />

sebenarnya,” katanya. “Dengan meminjam To liong to, dimulut kau mengatakan untuk<br />

melawan Go bie pay, tapi dihati, kau sebenarnya ingin menggunakan golok itu untuk<br />

menggempur Yo Siauw dan Hoan Yauw. Tidak! Aku takkan meminjamkan golok ini.”<br />

Kim hoa popo batuk2, “Cia hiantee, antara kita berdua, siapa yg berkepandaian tinggi?”<br />

tanyanya.<br />

“Keempat hoat ong masing2 mempunyai keunggulan sendiri2”.<br />

“Apa sesudah matamu buta, kau masih berani bertanding dengan aku?”<br />

“Kau mau coba merampas golokku dengan kekerasan, bukan? Dengan mempunyai To Liong<br />

to biarpun buta, Cia Soen masih bisa meladeni kau.” Mendadak ia mendongak dan<br />

mengeluarkan siulan nyaring. “Han Hoe jin!” bentaknya dengan gusar. “Dua puluh tahun<br />

Giok Bin Hwee Kauw mengawani aku di Peng Hwe to. Mengapa kau <strong>membunuh</strong> dia dengna<br />

racun? Aku selalu menahan sabar dan tidak menegur kau, apa kau kira aku tidak tahu?” (Giok<br />

bin Hwee kauw, kera bulu merah, muka putih seperti batu giok).<br />

Boe Kie terkesiap. Kera itu pernah menolong kedua orang tuanya. Diwaktu kecil, binatang itu<br />

adalah kawan mainnya satu2nya. Mendengar kebinasaan binatang itu, ia seolah2 mendengar<br />

meninggalnya seorang sahabat karib. Ia berduka tercampur gusar.<br />

Si nenek tertawa dingin. “Aku benci kera kecil itu,” katanya. “Saban kali bertemu dia selalu<br />

mengawasi aku dengan sorot mata beringas. Gerakannya sangat cepat dan kalau aku tidak<br />

selalu berwaspada, bisa2 aku mampus dalam cekernya. Aku merendam beberapa buah tho<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1049

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!