20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

agak lebih tinggi daripada orang-orang seperti Ia Thian Geng dan Cia Soen dan sekarang<br />

mereka mengerubuti seorang musuh adalah kejadian yang baru pertama kali terjadi. Melihat<br />

penyerangnya kedua lawan yang tangguh Boe Kie pun tidak berani bertindak sembrono dan<br />

segera melayani dengan menggunakan segenap kepandaiannya.<br />

Tio Beng tahu kehebatan kedua kakek itu, ia merasa sangat kuatir akan keselematan Boe Kie.<br />

“Hian beng Jie-loo!” teriaknya, “Jika kau melukai Thio Kauwcoe aku akan memberitahu<br />

Thia-thia dan Thia-thia pasti tak akan mengampuni kau.”<br />

“Omong kosong!” bentak Ong Po-po, “Setiap orang berusaha untuk <strong>membunuh</strong> penjahat<br />

pemberontak. Hian beng Jie-loo! Setelah kalian bunuh penjahat itu, Thia-thia dan aku akan<br />

memberi hadiah besar.” Ia terdiam sejenak dan berkata pula, “Sok Sianseng, aku akan<br />

mempersembahkan empat wanita cantik untukmu.”<br />

Hian beng Jie-loo serba salah, pihak mana yang harus diikuti? Sesaat kemudian, Lok Thung<br />

Kek memberi isyarat kepada soetenya dengan kedipan mata dan berkata dengan suara<br />

perlahan, “Tangkap hidup-hidup saja.”<br />

Tiba-tiba Boe Kie mengubah cara bersilatnya. Ia menggunakan ilmu silat Seng hwe teng.<br />

Dilain detik dengan satu pukulan aneh yang dikirim dari satu sudut yang tak mungkin dapat<br />

dilakukan oleh orang lain ia berhasil menggaplok pipi Lok Thung Kek, “Coba tangkap hiduphidup!”<br />

bentaknya dengan suara mengejek.<br />

Si kakek gusar sekali, tapi sebagai ahli silat kelas utama dalam kegusarannya pemusatan<br />

pikirannya tidak terpecah. Ia segera menambah te<strong>naga</strong> dan menyerang bagaikan hujan dan<br />

angin.<br />

Saat semua orang mencurahkan perhatian pada pertempuran itu, tiba-tiba Tio Beng mengedut<br />

tali dan kuda yang ditungganginya segera melompat. Ong Po-po terkejut dan menyabet<br />

dengan cambuknya yang mampir di mata kiri binatang itu sehingga sambil meringkik keras<br />

dia mengangkat kedua kakinya. Tubuh Tio Beng miring dan karena masih sangat lemah ia<br />

hampir jatuh terjengkang. “Koko, apa kau benar-benar mau menghalangi aku?” bentaknya.<br />

“Adik yang baik, dengarlah perkataanku,” jawabnya, “Jika kau menurut, aku akan<br />

menghaturkan maaf.”<br />

“Koko, jika sekarang kau menghalangi aku, aku pasti akan mati. Thio Kauwcoe akan<br />

membenci aku sampai di sumsum…adikmu…sukar hidup lebih lama lagi….”<br />

“Hian moay, mengapa kau berkata begitu? Gedung Jie lom ong dijaga oleh banyak orang<br />

pandai yang tentu akan bisa melindungi kau sebaik-baiknya. Jangankan melukai kau,<br />

sekalipun hanya bertemu muka dengan kau, iblis kecil itu tak akan bisa lagi.”<br />

Si adik menghela nafas. “Aku justru kuatir tak bisa bertemu muka lagi dengannya,” katanya,<br />

“Kalau sampai begitu…aku…aku lebih suka mati.”<br />

Pada jaman itu wanita Mongol memang lebih berani daripada wanita Han. Selain hubungan<br />

kakak dan adik itu sangat erat, mereka biasanya selalu bicara terus terang. Maka itu dalam<br />

keadaan terdesak, Tio Beng membuka rahasia hatinya secara terang-terangan.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1252

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!