20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

“Tapi apa?” bentak Cia Soen, “Apakah anakku Boe Kie…”<br />

In Lee menubruk dan memeluk Cia Soen. Sambil menangis sedu sedan ia berkata, “Enam..<br />

enam tahun yg lalu.. dia.. dia mati di See hek… terjerumus kedalam jurang!”<br />

Badan Cia Soen bergoyang2. “Apa benar?” ia menegas dengan suara gemetar.<br />

“Benar… Boe Liat dan anak perempuannya menyaksikan kebinasaannya dengan mata sendiri.<br />

Tujuh kali aku totok mereka dengan Cian Coe Chioe dan tujuh kali aku menolong jiwanya.<br />

Aku menyiksa mereka secara hebat luar biasa. Kupercaya mereka tidak berdusta.”<br />

Sekonyong2 Cia Soen menengadah dan mengeluarkan jeritan menyayat hati sedang air<br />

matanya mengucur turun dikedua pipinya.<br />

Melihat kedukaan ayah angkatnya dan saudari sepupunya, hampir2 Boe Kie tak bisa<br />

mempertahankan diri. Hampir2 ia melompat untuk memperkenalkan dirinya.<br />

“Cia Hiantee,” kata nenek Kim hoa.<br />

“Sesudah Thio Kongcoe meninggal dunia, perlu apa kau memegang terus to Liong to?<br />

Bukankah lebih baik kau menyerahkannya kepadaku?”<br />

“Hebat sungguh kau mendustai aku!” bentak Cia Soen dengan suara menyeramkan. “Kalau<br />

kau maui golok ini, ambil dulu jiwaku!” Perlahan2 ia mendorong In Lee dan “brett” ia<br />

merobek pakaiannya dan melontarkan robekan itu kepada si nenek. Inilah yg dinamakan<br />

“Kwa pauw toan gie” (Merobek ppakaian, memutuskan persahabatan).<br />

Waktu In Lee mau memberitahukan tentang “kebinasaan” Boe Kie, Kim hoa popo sebenarnya<br />

ingin merintangi. Tapi ia mendapat lain pikiran. Ia tahu, warta jelek itu akan sangat<br />

mendukakan Kim mo say ong, sehingga dalam pertempuran te<strong>naga</strong>nya akan berkurang,<br />

pikirnya kalut dan lebih gampang dipancing masuk ke dalam ‘barisan jarum’. Memikir begitu,<br />

dia hanya mengawasi sambil tersenyum dingin.<br />

“Ah! Kini tiba waktunya unutk maju dan mencegah pertempuran,” kata Boe Kie didalam hati.<br />

Tapi sebelum dia melompat keluar, kupingnya yg sangat tajam mengangkap suara<br />

bernapasnya manusia diantar rumput2 tinggi.<br />

Suara itu sangat perlahan dan pendek. Kalau bukan Boe Kie, lain orang pasti takkan bisa<br />

mendengarnya. “Kalau begitu si nenek menyembunyikan pembantu yg sangat lihai,” pikir<br />

Boe Kie. “Aku tak boleh lantas keluar.”<br />

Sementara itu, setelah merobek pakaian nya sambil membentak keras Cia Soen memutar To<br />

liong to yg bagaikan seekor <strong>naga</strong> hitam turun naik disekitar tubuhnya. Kim hoa popo<br />

melayani dengan sangat hati2. dia bergerak diluar jarak samberan golok dan jika Cia Son<br />

sengaja membuka lowongan barulah ia berani merangsek. Tapi begitu lekas tongkat nya<br />

hampir beradu dengan To long to, dengan kecepatan luar biasa, ia menyingkir pula. Kedua<br />

lawan itu saling mengenal ilmu silat masing2. Mereka tahu, bahwa keputusan tak didapatkan<br />

dalam seratus atau duaratus yg kedua belah pihak mempunyai sesuatu yg menguntungkan. Cia<br />

Soen mempunyai golok mustika, sedangkan si nenek menarik keuntungan karena Cia Soen<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1053

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!