20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

(mendorong jendela melihat rembulan), neduu telapak tangannya menghantam punggung<br />

gadis dusun. Boe Ceng Eng jg tidak mau ketinggalan. Ia melompat dan menendang pinggang<br />

musuhnya.<br />

Hati si gadis dusun mencelos. Ia merasa ajalnya sudah tiba.<br />

Mendadak mendadak saja, ia merasa sekujur badannya panas luar biasa, seolah2 dibakar.<br />

Waktu pedang Pan Siok Ham menyambar tanpa merasa ia mengangkat tangannya dan<br />

menyentil badan pedang dengan jarinya. Pada detik yg bersamaan punggungnya kena pulukan<br />

Teng Bin Koen dan pinggangnya kena tendangan Boe Ceng Eng.<br />

Tring.. Aduh!..... Aduh.<br />

Tiga suara itu terdengar dengan berbareng. Apa yg sudah terjadi? Pedang Pan Siok Ham<br />

patah, tubuh Teng Bin Koen dan Boe Ceng Eng jatuh terpelanting.<br />

Ternyata pada detik yg sangat berbahaya, Boe Kie telah mengempos semangatnya dan<br />

memasukkan seantero hawa murni ke dalam tubuh si nona. Pada waktu itu, ia sudah berhasil<br />

mendapatkan dua bagian dari te<strong>naga</strong> Kioe yang Sing kang dan bagian ini sudah hebat bukan<br />

main. Sebagai akibatnya, pedang Pan Siok Ham patah, kedua tulang lengan Teng Bin Koen<br />

hancur dan tulang kaki Boe Ceng Eng pun remuk.<br />

Ho Thay Ciong, Boe Liat dan Wie Pek mengawasi dengan mata membelak dan mulut<br />

ternganga.<br />

Pan Siok Ham melemparkan pedang buntungnya di tanah Hayo kita pergi! katanya pada sang<br />

suami, Apa kau belum cukup mendapat malu?<br />

Baiklah, jawabnya. Dengan menggunakan ilmu mengentengkan badan, mereka belalu tanpa<br />

berpamitan lagi. Sambil menuntun tangan guru dan memapah adik seperguruannya, Wie Pek<br />

pun segera meninggalkan tempat itu. Karena tulang kaki Boe Ceng Eng hancur, mereka<br />

terpaksa jalan perlahan lahan. Hati mereka berdebar debar dan saban2 menengok kebelakang<br />

karena kuatir dikejar oleh gadis dusun itu. Teng Bin Koen juga tidak dapat berbuat lain<br />

daripada menyingkir dengan rasa gusar dan sakit hati yang sangat besar.<br />

Sesudah semua berlalu, si nona tertawa terbahak bahak. Tioe Pat Koay! teriaknya. Kalau<br />

begitu kau Ia tidak dapat meneruskan perkataannya sebab kedua matanya mendadak<br />

berkunang2 dan ia segera roboh dalam keadaan pingsan.<br />

Ternyata sesudah musuh kabur, Boe Kie segera melepaskan kedua kaki si nona dari<br />

cekalannya dan dengan berbareng, semua hawa Kioe yang keluar dari tubuhnya. Dengan<br />

demikian tubuh itu menjadi kosong secara mendadak te<strong>naga</strong>nya habis dan ia tak dapat<br />

mempertahankan diri lagi.<br />

Boe Kie lantas saja mengerti sebab musabah pingsannya si nona. Buru2 menekan Sie Tiok<br />

Kong di ujung alis nona itu dan mengerahkan sin kang. Selang beberapa saat, si nona tersadar<br />

dan perlahan2 ia membuka matanya.<br />

Melihat dirinya sedang rebah dipangkuan Boe Kie, paras mukanya lantas saja berubah merah<br />

dan cepat2 melompat bangun.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 618

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!