20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Boe Kie mengangguk. Ia segera keluar lebih dulu dan pergi ke pendopo di depan kuil untuk<br />

mengamat-amati musuh. Ia menyadari bahwa pasukan Mongol yang di depan, yang terdiri<br />

dari seribu jiwa lebih sudah tiba dilereng gunung. Tetapi mereka sudah dipukul mundur oleh<br />

Swie kim ie yang menggunakan senjata gendewa dan anak panah serta tombak di sebelah<br />

bawah gunung yang lebih jauh, ia lihat pasukan demi pasukan merayap naik dengan teratur.<br />

Jaman itu keangkeran tentara Mongol sudah tidak bisa manyamai jaman Genghis khan. Tapi<br />

biar bagaimanapun juga tentara pilihan Mongol masih merupaka tentara yang tiada tandingan.<br />

Selagi Boe Kie mengasah otak untuk memundurkan tentara musuh di sebelah kiri mendadak<br />

terdengar teriakan-teriakan yang dibarengi dengan munculnya sejumlah pendeta wanita dan<br />

laki-laki muda yang berlari-lari ke atas gunung. Mereka adalah rombongan Go bie pay. Tak<br />

salah lagi dalam perjalanan pulang mereka bertemu dengan tentara Mongol yang memukul<br />

mereka balik ke atas gunung. Dilain saat Boe Kie dan kawan-kawannya melihat Cioe Cie<br />

Jiak, Ceng-hoei Ceng Ciauw dan beberapa pendeta lain berkelahi sambil mundur dengan<br />

tubuh berlumuran darah, tak jauh dari situ belasan pria yang memikul sebuah tandu sedang<br />

dikepung oleh sejumlah serdadu Mongol. Berulang kali Cie Jiak dan kawan-kawannya<br />

menerjang dan berhasil membinasakan puluhan serdadu musuh tapi mereka belum juga<br />

berhasil menolong kawan-kawan yang terkepung itu.<br />

“Celaka!” seru Boe Kie. “Yang berada dalam tandu pasti Song soeko!” Ia berpaling dan<br />

berseru pula. “Liat hwee kie melindungi dari kedua samping, Wie heng Hoan Yo Jiesoe ikut<br />

aku.” Seraya memberi perintah ia berlari-lari dan menerjang musuh. Dua serdadu memapaki,<br />

dengan tombak rampasan ia menerjang pasukan musuh diikuti oleh Yo Siauw, Hoan Yauw<br />

dan Pheng Eng Giok.<br />

Sesudah mengamuk beberapa lama, Hoan Yauw bertemu dengan seorang Siehoe thio<br />

(pangkat perwira Mongol). Dengan sekali pukul ia menghancurkan perwira itu dan kemudian<br />

sesudah merobohkan beberapa musuh ia berhasil merampas seorang yang terluka parah dan<br />

rebah di dalam sebuah tandu. Ia lalu menggendongnya, dan kabur ke tempat yang lebih aman.<br />

Sementara itu dengan muka penuh darah Cie Jiak menerjang pula ke arah rombongan musuh.<br />

“Cie Jiak balik! Song Toako sudah tertolong!” teriak Boe Kie.<br />

Cie Jiak tidak meladeni, ia terus menyerang dengan cambuknya. Tapi, karena jalanan gunung<br />

yang sangat sempit dan penuh dengan manusia, terjangannya tidak berhasil.<br />

Beberapa saat kemudian Boe Kie lihat kedua anggota Go bie pay, yang memikul sebuah tandu<br />

yang lain dikepung musuh.<br />

“Apa Song Soeko berada dalam tandu itu?” tanya Boe Kie dalam hati. Ia segera menghampiri<br />

dengan berlari. Tapi saat masih terpisah setombak lebih dari tandu itu, kedua murid Go bie itu<br />

sudah kena bacokan golok dan anak panah bersama-sama tandu yang dipikulnya, mereka<br />

menggelinding ke bawah gunung.<br />

Boe Kie terkejut. Ia melompat dan menggunakan tombak yang dipegang oleh tangan kirinya<br />

untuk menahan tergelincirnya tandu. Ia menyadari bahwa orang yang berada di dalam tandu<br />

itu dibungkus dengan kain putih dan hanya kelihatan mukanya. Orang itu memang tidak lain<br />

adalah Song Ceng Soe.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1402

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!