20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sesudah terjadi pembicaraan diatas, berulang kali Ceng Goe memeriksa tubuh Boe Kie dan<br />

siang malam is mengasah otak, tapi ia tidak mendapat jalan untuk membasmi racun dingin<br />

yang sudah masuk kedalam Sam ciauw. Ia sekarang yakin, bahwa biarpun ia berusaha sebisa<br />

bisa dengan menggunakan ilmu pengobatan yang paling tinggi, paling banyak ia bisa-bisa<br />

memperpanjang umur si bocah dengan beberapa tahun saja.<br />

Sementara itu, karena berada dipergunungan yang sepi, Boe Kie merupakan seorang kawan<br />

yang sangat menyenangkan, maka diwaktu-waktu luang Ceng Goe memberi petunjuk dan<br />

pelajaran ilmu ketabiban kepada si bocah yang terus belajar dengan rajin dan tak mengenal<br />

capai.<br />

Melihat kecerdasan bocah itu yang dalam tempo singkat sudah dapat memahami kitab-kitab<br />

Oey te Ha mo keng, See hong Coe beng tong Cie keng, Tay peng seng Hoei hong dan<br />

sebagainya, Ceng Goe menghela napas seraya berkata: "Dengan kecerdasanmu, dibantu<br />

olehku sendiri, sebelum berusia duabelas tahun, kau sudah akan hisa merendengi Hoa To atau<br />

Pian Ciak. Hanya sayang ....sungguh sayang!"<br />

Ia merasa sayang, karena dengan berusia pendek, semua kecerdasan dan kepandaian itu, tiada<br />

gunanya. Tapi Boe Kie mempunyai lain tujuan. Ia belajar ilmu ketabiban dengan tekad untuk<br />

memulihkan usia Siang Gie Coen yang menurut Ouw Ceng Goe, akan berkurang dengan<br />

tigapuluh tahun.<br />

Hari berlalu laksana terbang dan tanpa terasa, dua tahun sudah berselang, Boe Kie sekarang<br />

sudah berusia empat belas tahun. Selama dua tabuh itu beberapa kali Gie Coen datang<br />

menengoknya. Ia memberitahukan, bahwa Thio Sam Hong memperkenankannya, untuk<br />

berdiam lebih lama di Ouw tiap kok, sampai racun dingin dalam tubuhnya dapat dibasmi<br />

seluruhnya. Ia juga menyampaikan warta bahwa makin lima orang Mongol jadi ganas, bahwa<br />

rakyat menderita dan permusuhan antara partai lurus bersih dan partai sesat makin menghebat<br />

dan jumlah manusia yang menjadi korban makin meningkat.<br />

Setiap kali datang di Ouw tiap kok, Siang Gie Coen berdiam beberapa hari dan kemudian<br />

pergi lagi. Pada kedatangannya yang terakhir, Boe Kie telah mendapat kemajuan pesat dalam<br />

pelajaran ilmu ketabiban. Ia memeriksa nadi Siang Gie Coen dan kemudian menulis obat<br />

yang lalu diberikan kepada si berewok dengan pesanan bahwa ia harus sering-sering minum<br />

obat itu. Gie Coen menghaturkan banyak terima kasih dan lalu memasukkan surat obat itu<br />

kedalam sakunya.<br />

Kali ini, dalam kamar paman gurunya, Gie Coen beromong-omong dengan orang tua itu<br />

sehingga jauh malam. Malam itu dia tidak bisa tidur dan gelisah. Boe Kie merasa heran. Si<br />

berewok tidak begitu akur dengan paman gurunya. Mengapa ia bicara begitu lama? Boe Kie<br />

menduga, bahwa didalam kalangan Mo kauw timbul gelombang dan sebab ia sendiri bukan<br />

anggauta "agama" itu, maka ia tidak mau menyelidiki.<br />

Esok paginya, Gie Coen berpamitan dan Boe Kie mengantarnya sampai dimulut selat.<br />

"Saudara." kata si berewok waktu mereka berpisahan, "dalam beberapa hari ini seorang<br />

musuh yang sangat lihay akan menyateroni Ouw Soepeh. Sebenarnya aku ingin mengajak kau<br />

pergi kelain tempat untuk sementara waktu, akan tetapi Ouw Soepeh mengatakan, bahwa<br />

musuh itu tak akan bisa berbuat banyak. Ia mengatakan, aku tak usah takut. Tapi aku harap,<br />

kau suka berlaku hati-hati."<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 438

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!