20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sesudah nona Kie pergi jauh, Pheng Hweeshio segera berkata kepada See leng coe dan yang<br />

lain lain : "Aku siorang she Pheng sebenarnya tidak mempunyai permusuhan apapun jua<br />

dengan kamu sekalian. Akan tetapi, fitnah hebat yang dilontar kan oleh si perempuan she<br />

Teng telah didengar oleh kamu semua. Kalau cerita ini sampai tersiar diluaran, bagaimana Kie<br />

Kouwnio bisa berdiri terus diatas bumi ini? Maka itu, tak bisa aku membiarkan kamu hidup<br />

terus. Hal ini sudah terjadi lantaran terpaksa dan aku harap kamu jangan menyalahkan aku."<br />

Sehabis berkata begitu, dengan beruntun ia menikam See leng coe, See ciat coe, seorang<br />

pendeta Siauw lim dan dua jago Hay see pay. Kemudian barulah ia menggores muka Teng<br />

Bin Koen dengan pedangnya, sehingga wanita she Teng itu menjadi kalap, tapi tidak bisa<br />

berbuat banyak, karena ia sudah terluka hebat. "Bangsat gundut !" teriaknya. "Jangan kau<br />

menyiksa aku ! Bunuhlah !"<br />

Pheng Hweeshio tertawa nyaring: "Aku tidak berani <strong>membunuh</strong> perempuan jelek yang<br />

kulitnya kering dan mulutnya lebar," ejeknya. "Kalau kau mampus aku kuatir begitu lekas<br />

rohmu masuk di akhirat, berlaksa laksa setan akan kabur kedunia sebab ketakutan. Akupun<br />

kuatir Giam Loo Ong berak-berak bahna kagetnya !"<br />

Sehabis berkata begitu, ia tertawa nyaring dan melemparkan pedang ditanah dan sesudah<br />

menanggul mayat Pek Kwie Sioe, ia menangis keras akan kemudian berlalu dengan tindakan<br />

cepat.<br />

Untuk beberapa lama Teng Bin Koen mengaso dengan napas tersengal-sengal. Kemudian<br />

deegan menggunakan sarung pedang sebagai tongkat, iapun berlalu dengan tindakan limbung.<br />

Peristiwa yang hebat itu telah disaksikan semua oleh Siang Gie Coen dan Boe Kie. Sesudah<br />

Teng Bin Koen berlalu, barulah mereka menarik napas lega.<br />

"Siang Toako," kata Boe Kie. "Kie Kouwnio adalah tunangan In Lioksiok. Perempuan she<br />

Teng itu mengatakan, mendapat anak. Siang Toako, bagaimana pendapatmu, apa benar atau<br />

tidak'?"<br />

"Dia omong kosong, jangan dipercaya!" jawabnya.<br />

"Benar!" kata Boe Kie. "Kalau bertemu In Liok siok, aku akan memberitahukan kekurang<br />

ajaran perempuan she Teng itu, supaya Lioksiok bisa menghajarnya."<br />

"Jangan! Jangan !" cegah Gie Coen tergesa gesa. "Hal itu kau sekali-kali tidak boleh<br />

memberitahukan In Lioksiok. Kau mengerti!"<br />

"mengapa?" tanya si bocah.<br />

"Omongan-omongan yang tidak sedap itu tidak boleh diberitahukan kepada siapapun juga,"<br />

jawabnya. "Ingatlah. Kau tidak boleh bicara dengan siapapun juga."<br />

Boe Kie mengangguk sambil mengawasi muka Gie Coen. Beberapa saat kemudian, ia berkata<br />

pula: "Siang Toako, apa kau kuatir tuduhan Teng Bin Koen suatu kenyataan ?"<br />

Gie Coen menghela napas. "Tak tahu," jawabnya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 418

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!