20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Sambil mendukung Boe Kie, Gie Coen segera bertindak masuk. Disatu sudut dari ruangan<br />

tengah kelihatan berdiri seorang lelaki setengah tua yang berparas agung. Ia ternyata sedang<br />

menilik seorang kacung yang lagi memasak obat. Seluruh ruangan itu penuh dengan macammacam<br />

daun obat yang aneh aneh. Buru-buru Gie Coen menaruh Boe Kie diatas kursi dan<br />

lalu berlutut di hadapan orang itu,<br />

"Ouw Soepeh, Gie Coen memberi hormat," katanya.<br />

Boe Kie mengawasi orang itu yang tentulah juga bukan lain daripada Tiap kok Ie sian Ouw<br />

Ceng Goe.<br />

Tabib malaikat itu manggut-manggutkan kepalanya dan berkata : "Urusan Cioe Coe Ong, aku<br />

sudah tahu. Itulah nasib. Mungkin sekali, rejeki Tatcoe masih belum habis dan agama kita<br />

belum sampai waktunya untuk bisa memperoleh kemakmuran"<br />

Sehabis berkata begitu, ia memegang nadi Gie Coen dan membuka baju pemuda itu. Sambil<br />

mengawasi dada si berewok, ia berkata: "Kau kena pukulan Ciat sim ciang dari Hoan ceng.<br />

Pada hakekatnya, pukulan itu tidak sukar di obati. Tapi sesudah terpukul, kau menggunakan<br />

terlalu banyak te<strong>naga</strong>, sehingga hawa dingin menyerang jantungmu dan sebagai akibatnya,<br />

aku memerlukan agak lebih banyak tempo untuk menyembuhkannya." Sesudah memberi<br />

penjelasan, ia meraba-raba sekujur badan Gie Coen.<br />

"Dengan siapa kau bertempur tadi malam?" tanya Ceng Goe secara tiba-tiba. "Dengan murid<br />

Boe tong pay?"<br />

"Tidak," jawabnya.<br />

Sang paman segera meraba-raba kedua paha Si brewok. Sekonyong-konyong paras mukanya<br />

berubah dan membentak: "Gie Coen! Tujuh delapan tahun kita tidak pernah bertemu muka.<br />

Sekali bertemu, kau coba memperdayai Soepehmu. Sudahlah! Aku tidak bisa mengobati<br />

lukamu. Pergi!"<br />

Gie Coen jadi bingung. "Ouw Soepeh," katanya, "mana berani aku mendustai kau? Dengan<br />

sesungguhnya, sepanjang malam aku tidak pernah bertempur dengan siapapun jua. Te<strong>naga</strong>ku<br />

sudah habis semua. Andaikata aku ingin, akupun tidak bisa berkelahi!"<br />

"Omong kosong!" bentak sang paman guru "Terang-terang, Hoan tiauw hiat dikedua pahamu<br />

telah ditotok orang. Dan totokan itu dilakukan dengan ilmu menotok dari Boe tong pay.<br />

Tempo nya yalah antara Coe sie dan Tio sie," (Coe sie antara jam 11 malam dan jam 1. Tio<br />

sie Antara jam 1 dan jam 3 pagi).<br />

Mendadak si brewok tertawa. "Ah ! Kalau begitu, yang dimaksudkan Soepeh yalah jalanan<br />

darah yang ditotok olehku sendiri," katanya. Dengan ringkas ia lalu menceritakan kejadian<br />

semalam.<br />

Waktu Gie Coen menuturkan cara bagaimana ia sudah diabui Boe Kie, Ceng Goe melirik<br />

bocah itu dan waktu ia menceritakan cara bagaimana mata kanan Pheng Hweeshio telah<br />

ditusuk oleh Teng Bin Koen, sang paman guru menghela napas berulang ulang dan berkata:<br />

"Pheng Eng Giok Hweeshio adalah seorang gagah sejati dari agama kita. Biarpun kita tidak<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 421

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!