20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

Create successful ePaper yourself

Turn your PDF publications into a flip-book with our unique Google optimized e-Paper software.

Boe Kie tercengang. Si nona ternyata telah menuruti contoh Tio beng waktu nona Tio<br />

mengajukan tiga permintaan kepadanya. Ia tidak bisa lantas menjawab dan untuk beberapa<br />

saat, ia menatap muka Cie Jiak dengan mulut ternganga.<br />

"Kalau kau tak suka meluluskan, terserah kepadamu," kata pula si nona. "Tapi seorang lakilaki<br />

harus menjaga kepercayaan. Apabila kau sudah mengatakan, dibelakang hari kau tidak<br />

boleh mangkir janji."<br />

"Kau kata parmintaan itu tidak melanggar "hiap gie" tidak menodai nama Beng kauw dan<br />

namaku sendiri dan bahkan bermanfaat bagi usaha besar. Bukankah begitu?"<br />

"Benar."<br />

"Baiklah. Kalau benar tidak melanggar "hiap gee" dan kalau tidak merugikan usaha besar, aku<br />

meluluskan." (Usaha besar ialah usaha untuk merobohkan kerajaan Goan).<br />

"<strong>Mar</strong>i kita bersumpah dengan saling menepuk tangan." kata Cie Jiak seraya mengeluarkan<br />

tangan kanannya.<br />

Boe Kie tahu, bahwa begitu lekas ia menepuk telapak tangan Cie Jiak ia seperti juga diikat<br />

dengan rantai besar. Nona Cioe sungguh hebat. Ia halus dan lemah lembut tapi cara-caranya<br />

lebih keras dari Tio Beng. Perlahan-lahan ia angkat tangannya, tapi tidak lantas menepuk.<br />

Si nona tersenyum, "Begitu kau menepuk, begitu kau akan bisa bertemu dengan<br />

kecintaanmu,"<br />

katanya.<br />

Darah Boe Kie bergolak. Tanpa berpikir lagi ia menepuk tangan Cie Jiak tiga kali.<br />

Nona Cioe tertawa. "Coba kau lihat siapa di dalamnya?" tanyanya sambil menyingkap<br />

ranting-ranting pohon berdaun rindang yang berada dibelakangnya.<br />

"Bengmoay!" teriak Boe Kie.<br />

Tiba-tiba ditempat yang jauhnya beberapa tombak terdengar suara "ih" dari seorang<br />

perempuan. Biarpun perlahan, suara itu didengar Boe Kie. Ia terkesiap dan rupa-rupa ingatan<br />

berkelebat diotaknya. Tapi ia tak sempat memikir yang lain dan lalu menarik tangan Tiobeng.<br />

Sekali lagi ia terkejut, sebab tangan si nona kaku. Ia mendusin bahwa Tio beng telah<br />

ditangkap dan ditotok jalan darahnya oleh Cie Jiak yang lalu menyembunyikannya ditempat<br />

itu. Ia mulai mengurut punggung nona Tio supaya darah bisa mengalir lagi sebagaimana<br />

biasa. Si nona mengawasi Boe Kie dengan sorot mata penuh kecintaan dan rasa bahagia. Ia<br />

sudah dengar pembicaraan antara Boe Kie dan Cie Jiak. Ia sudab tahu bahwa pemuda itu<br />

mencintainya dengin cinta yang tercetak dijantung dan terukir ditulang.<br />

Mendadak Cie Jiak membungkuk dan bicara bisik-bisik di kuping Boe Kie yang lalu<br />

menjawab dengan bisik-bisik pula. Diluar dugaan, tiba-tiba saja nona Cioe marah besar. "Thio<br />

Boe Kie!" bentaknya. Kau sama sekali tak pandang mata padaku! Kau lihatlah! Sesudah kena<br />

racun, apa perempuan she Tio itu masih bisa hidup terus?"<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1444

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!