20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

Mata pemuda itu ber-kunang2. Mimpi pun ia tak pernah mimpi, bahwa wanita yang begitu<br />

cantik ayu adalah si pembunuh kejam. Lewat beberapa saat, sesudah menenteramkan hatinya,<br />

barulah ia dapat membuka suara lagi: "Siapa yang bunuh dua hweeshio Siauw lim sie itu?"<br />

"Aku," jawabnya dengan tenang. "Sebenarnya aku tidak berniat menanam bibit permusuhan<br />

dengan Siauw lim sie, akan tetapi karena mereka berlaku kurang ajar, aku tak dapat<br />

mengampuninya.."<br />

"Tapi.... tapi kenapa semua kesalahan ditumpuk diatas pundakku?" tanya pula pemuda itu.<br />

Si nona be-senyum. "Akulah yang sengaja mengatur begitu!" jawabnya.<br />

Darah Thio Coei San bergolak-golak, ia merasa dadanya seperti mau meledak "Kau yang<br />

sengaja mengatur begitu? Supaya mereka sakit hati kepadaku?" teriaknya dengan suara kalap.<br />

"Tak salah," jawabnya sambil tertawa.<br />

"mengapa kau berbuat begitu, sedang kau dan aku sama sekali tidak bermusuhan?" Coei San<br />

berteriak pula.<br />

Si nona tidak menjawab. Tiba-tiba sambil mengebas tangan bajunya, ia melompat masuk<br />

dalam gubuk parahu.<br />

Coei San tentu saja tak mau mengerti. Ketika itu perahu terpisah belasan tombak dari tepi<br />

sungai dan ia tak dapat mencapainya dengan satu lompatan. Dengan kegusaran meluap-luap,<br />

ia menghantam satu pohon dan mematahkan dua cabang yang agak besar. Sambil<br />

melontarkan satu antaranya ketengah sungai kearah perahu itu, kakinya menotol tanah dan<br />

badannya melesat bagaikan anak panah. Begitu hinggap, kaki kirinya menotol cabang itu dan<br />

tubuhnya kembali melesat beberapa tombak jauhnya, sembari melontarkan cabang yang<br />

satunya lagi. Seperti tadi, kaki kanannya menotol cabang itu dan bagaikan seekor burung, ia<br />

hinggap diatas kepala perahu. "Hei !" bentaknya. "Bagaimana kau melakukan perbuatanmu<br />

itu?"<br />

Tapi dari dalam gubuk itu tidak terdengar jawaban. Ia sangat ingin menerjang masuk, tapi<br />

sebisa-bisa ia menahan sabar, karena merasa, bahwa perbuatan itu adalah tidak sopan.<br />

Sekonyong-konyong lilin dalam gubuk menyala terang. "Masuklah!" undang si nona.<br />

Sesudah merapikan pakaiannya, Coei San bertindak masuk. Mendadak ia kaget, karena dalam<br />

gubuk itu kelihatan berduduk seorang pemuda yang mengenakan thungsha hijau dan topi<br />

empat persegi, sedang tangan kanannya menggoyang-goyang kipas. Ternyata, dalam sekejap<br />

si nona sudah menukar pakaian lelaki dan dalam pakaian begitu, ia kelihatannya mirip sekali<br />

dengan Thio Ngohiap.<br />

Tadi Coei San menanya, bagaimana ia telah berlaku sehingga, pendeta-pendata Siauw lim sie<br />

menduga, bahwa pembunuhan itu dilakukan olehnya. Tanpa menjawab, nona In telah<br />

memberi jawaban. Dengan mengenakan pakaian sasterawan, ditempat yang agak gelap, sukar<br />

sekali akan orang membedakan yang mana si wanita. Maka itu tidaklah heran jika Hoei hong<br />

dan Touw Tay Kim menuduh padanya.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 136

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!