20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

“Pit kip memang ada,” jawab Cie Jiak. “Tapi sesudah selesai dan berhasil latihanku, aku<br />

segera membakarnya.”<br />

Lok Thung Kek mengeluarkan suara di hidung. “Enak saja menggoyangkan lidah!” katanya.<br />

“To liong to dan Ie thian kiam dikenal sebagai yang termula dalam Rimba Persilatan. Semua<br />

ahli silat di kolong langit ingin sekali mendapatkannya. Mana bisa pit kip dalam kedua senjata<br />

itu dapat dipelajari dalam waktu singkat? Biarpun tinggi, ilmu Song Hoejin belum mencapai<br />

puncak tertinggi. Kalau Song Hoejin sudah selesai dalam latihan semua pelajaran yang tertera<br />

dalam pit kip itu, maka dalam sekejap mata kau bisa mengambil jiwa kami berdua. Mengapa<br />

kau main kejar-kejaran?”<br />

“Kalau kau tak percaya, terserah,” kata Cie Jiak. “Aku tak punya waktu untuk bicara lamalama.”<br />

Seraya berkata begitu, ia melompat untuk lari.<br />

“Tahan!” bentak Lok Thung Kek. Dengan bersamaan kedua kakek itu menyerang dari kiri<br />

kanan.<br />

Cie Jiak memutar pedangnya bagaikan titiran dan menyambut serangan-serangan Hian beng<br />

Jieloo. Di siang hari Boe Kie telah menyaksikan Cie Jiak telah menggunakan cambuk dan kin<br />

dengan rasa kagum ia menonton silat pedang indah. Sesudah belasan jurus, biarpun dikerebuti<br />

Lweekang yang lebih kuat mungkin sekali mereka sudah dijatuhkan. “Sungguh sayang,” kata<br />

Boe Kie dalam hati. “Jika Cie Jiak bersenjata Ie thian kiam, Hian beng Jieloo tidak akan bisa<br />

berbuat banyak, dengan pedang biasa ia kalah Lweekang dan kalah ulet. Paling banyak ia bisa<br />

pertahankan diri dalam dua ratus jurus.”<br />

Sesudah lewat dalam beberapa jurus lagi Cie Jiak mengeluarkan pukulan-pukulan aneh. Boe<br />

Kie tahu bahwa itulah usaha untuk melarikan diri. Dengan serangan nekat-nekatan itu kalau<br />

untung bagus, memang Cie Jiak bisa berhasil. Tapi salah sedikit saja ia bisa celaka. Perlahanlahan<br />

Boe Kie keluar dari tempat sembunyinya dan mendekati gelanggang pertempuran.<br />

Kalau perlu, ia mau menolong.<br />

Mendadak seraya membentak keras Cie Jiak mengirim tiga tikaman berantai kepada Lok<br />

Thung Kek. Karena sedikit terlambat, tikaman ketiga merobek baju dan pundak si kakek turut<br />

tergores pedang, pada waktu itu Ho Pit Ong mendadak menimpuk punggung Cie Jiak dengan<br />

kedua pitnya. Dalam menghadapi musuh, kalau tidak terpaksa, Ho Pit Ong belum pernah<br />

menggunakan timpukan itu. Tapi sekarang, karena kuatir datangnya bala bantuan musuh yang<br />

bisa menggagalkan usaha merebut pit kip, ia menggunakan pukulan yang diberi nama Siang<br />

ho Lee kong (sepasang burung ho berbunyi di angkasa). Begitu kedua poan-koan pit yang<br />

ditimpuk beradu di tengah udara dengan mengeluarkan suara nyaring dan satu di atas dan satu<br />

di bawah, menyambar kepala dan pinggang Cie Jiak.<br />

Dilain pihak, begitu merasakan sambaran angin di punggung, Cie Jiak berkelit. Tapi diluar<br />

dugaan, sesudah terbentrok di tengah udara dengan pit itu mengubah arah serangan. Ketika itu<br />

dapat menolong diri dari pit yang menyerang kepala, tak keburu mengelak pit yang<br />

menyambar pinggang.<br />

Pada detik yang sangat berbahaya Boe Kie melompat dan menjambret pit itu sambil<br />

menangkis timpukan Ho Pit Ong dengan sebelah tangan yang lain.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 1412

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!