20.06.2013 Views

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

kisah_membunuh_naga_tamat.pdf 5043KB Mar 29 ... - Directory UMM

SHOW MORE
SHOW LESS

You also want an ePaper? Increase the reach of your titles

YUMPU automatically turns print PDFs into web optimized ePapers that Google loves.

adalah murid penutup, atau murid terakhir yang mendapat pelajaran dari Thio Sam Hong<br />

sendiri.<br />

Malam itu guru dan murid mempunyai perasaan yang sama, berhubung dengan terjadinya<br />

peristiwa mendukakan itu. Mereka berduka sebab memikiri keselamatan Jie Thay Giam dan<br />

mendongkol karena adanya ancaman dari pihak yang belum di ketahui siapa adanya. Dalam<br />

jengkelnya, Thio Sam Hong sudah menulis huruf-huruf itu dan secara kebetulan, ia telah<br />

menciptakan semacam ilmu silat baru. Secara kebetulan, oleh karena, pada waktu baru<br />

menulis huruf-huruf itu, ia sedikit pun tak punya niatan untuk menggubah ilmu pukulan.<br />

Sementara itu, Thio Coei San yang kebetulan bersembunyi dibelakang tiang, telah melihat<br />

dipertunjukkannya ilmu silat tersebut, yang lantas saja dapat dipahami olehnya lantaran iapun<br />

sedang diliputi dengan perasaan duka. Demikianlah, secara sangat luar biasa, satu ilmu silat<br />

baru yang berdasarkan seni menulis huruf, telah tercipta dalam Rimba Persilatan.<br />

Dua jam lamanya, sehingga rembulan naik tinggi, Thio Sam Hong berlari terus menerus.<br />

Beberapa lama kemudian, sambil bersiul nyaring, telapak tangan kanannya menyabet dari atas<br />

kebawah, bagaikan menyambernya sehelai sinar pedang. Sabetan yang dahsyatitu merupakan<br />

coretan terakhir dari huruf "hong".<br />

Sehabis menyabet, ia dongak seraya berkata: "Coei San, bagaimana pendapatmu dengan Soe<br />

hoat (seni menulis huruf indah) ini?"<br />

Thio Coei San terkesiap. Ia tak nyana bahwa bersembunyinya telah diketahui oleh sang guru.<br />

Buru-buru ia manghampiri seraya menjawab: "Hari ini teecoe mujur luar biasa, karena dapat<br />

melihat ilmu silat Soehoe yang begitu tinggi. Apa boleh teecoe panggil Toasoeko dan yang<br />

lain-lain, supaya mereka pun bisa turut menyaksikan?"<br />

Sang guru meoggelengkan kepalanya. "Kegembiraanku sudah habis, sehingga mungkin sekali<br />

aku tak bisa menulis lagi begitu bagus," katanya "Wan Kiauw, Siong Kee dan yang lain lain<br />

tidak mengerti Soehoat, sehingga meskipun melihat, belum tentu mereka bisa menarik banyak<br />

kefaedahan." Sehabis berkata begitu seraya mengebas tangan jubahnya, is berjalan masuk<br />

keruangan dalam.<br />

Thio Coei San tidak berani tidur, sebab kuatir sesudah pulas, ia akan lupakan ilmu silat itu.<br />

Dengan lantas ia bersilat dan menjernihkan pikiran, sambil mengingat-ingat setiap coretan<br />

yang barusan dilihatnya, dengan tempo-tempo bangun berdiri dan menjalankan beberapa<br />

pukulan sulit. Entah berapa jam ia bersila disitu, tapi pada akhirnya dapatlah ia menghapal<br />

seluruh ilmu silat tersebut yang terdiri dari duapuluh empat huruf dengan seluruh lima belas<br />

perubahan-perubahannya.<br />

Beberapa saat kemudian, ia melompat bangun dan lalu menjalankan semua pukulan itu.<br />

Sesudah beberapa jurus, pukulan pukulannya keluar dengan deras dan lancar bagaikan air<br />

tumpah, sedang tubuhnya enteng melompat kian kemari seperti seekor kera. Akhirnya, ia<br />

membuat coretan paling penghabisan dari huruf 'Hong' (tajam) dengan telapak tangan<br />

kanannya yang menyambar dari atas kebawah dan "bret!", ujung bajunya robek karena<br />

pukulan itu. Ia kaget tercampur girang. Tiba tiba saja, ia mendapat kenyataan, bahwa matahari<br />

sudah naik tinggi.<br />

To Liong To > karya Jin Yong > disadur oleh Boe Beng Tjoe > published by BuyanKaba 114

Hooray! Your file is uploaded and ready to be published.

Saved successfully!

Ooh no, something went wrong!